Jumat, 25 Desember 2015

Tuhan Yang Maha Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern 2








25 Desember 2015 ini sangat spesial untuk saya karena hari Raya Suci Natal tahun ini bertepatan dengan Bulan Purnama, dimana di hari ini juga saya telah usai melaksanakan pembersihan diri. Di kesempatan lain di Bulan Desember spesial ini pula, yaitu pada tanggal 16 desember 2015 saya telah melaksanakan Upacara Metatah Agung / Upacara Potong Gigi, karena itu pula untuk menandakannya saya membuat kembali kelanjutan dari ‘Blog Suci’ yang Genius sekaligus Sakral versi kedua dari Tuhan Yang Maha Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern
Seperti yang telah saya jelaskan diatas, Blog versi kedua ini adalah melanjutkan pembahasan dari versi pertama Tuhan Yang Maha Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern yang telah saya tuliskan di blog saya sebelumnya. Pada dasarnya dalam blog versi kedua ini, saya ingin mengedepankan tentang penemuan bukti-bukti nyata di jaman modern ini yang mampu menguatkan kebenaran teori dalam kitab suci Bhagavad Gita mengenai sejarah penciptaan dan keberadaan manusia di muka bumi sehubungan dengan kebenaran keberadaan tokoh-tokoh dalam kisah pewayangan.

Sejalan dengan runtutan-runtutan pembentukan proses sebuah riwayat yang sampai kepada masyarakat luas di suatu waktu maupun yang diceritakan secara turun-temurun, maka terlahirlah istilah-istilah sebagai berikut :
Peristiwa masa lalu adalah sejarah nyata / history. Lama-kelamaan sejarah nyata ini kemudian oleh masyarakat sendiri ‘dibumbui’ sehingga mengaburkan peristiwa aslinya, maka lahirlah legenda masyarakat / urban legend. Dimana semakin tua usia sebuah legenda, tergerus oleh waktu, dan kian mendapat ‘bumbu’ yang lebih banyak lagi, maka terjadilah mitos / dongeng. Jadi perubahan sebuah sejarah nyata hingga menjadi dongeng sangat mungkin terjadi….
Kesangsian masyarakat luas tentang kebenaran keberadaan tokoh-tokoh pewayangan sangatlah mengusik sanubari saya sejak saya mengenal cerita epos ini. Dan ternyata bukan hanya masyarakat awam saja yang menyangsikan keberadaan tokoh-tokoh pewayangan ini, bahkan para sejarahwan pun menyangsikan tentang kebenaran sejarah Mahabharata.
Namun bagi saya, ajaran-ajaran kebajikan yang disampaikan dalam kisah-kisah pewayangan tersebut begitu mendetail didalam setiap jalan ceritanya, dimana kisah-kisah pewayangan diwarnai oleh kisah-kisah romantisme, kepahlawanan, tata krama kepada orang tua, penghormatan kepada orang-orang suci, penyembahan kepada para bhatara / Tuhan, persaudaraan, persahabatan, kekeluargaan, kepemimpinan, spiritualitas, moralitas, kesucian, kemuliaan, keagungan, keluhuran batin, kasih sayang, ketulusan, kesetiaan memegang kejujuran, nilai-nilai ksatria, kebijaksanaan, perjuangan hidup dalam ke-Tuhan-an, juga perjuangan dalam keberanian diri menegakan kebenaran.
Selain itu, kisah pewayangan sendiri adalah kisah yang berkarakter kuat, memiliki sifat-sifat sakti dan suci yang dimiliki Tuhan / bersifat kedewaan diluar kemampuan daya pikir manusia modern, tokoh-tokoh pewayangan tersebut begitu hidup dan berjiwa. Maka karena hal-hal tersebut pulalah yang membuat saya sangat sulit untuk ‘mempercayai’ begitu saja penilaian masyarakat umum, bahwa tokoh dan kisah pewayangan hanyalah cerita fiksi ataupun hanya tokoh-tokoh rekaan/karya manusia semata… Tidak mungkin…
Kisah dan tokoh-tokoh pewayangan inilah yang sejatinya telah mengenalkan saya kepada nilai dari jiwa-jiwa luhur dan jiwa-jiwa batil…

Secara universal masyarakat internasional memandang Agama Hindu adalah sebagai agama tertua di dunia.
Hal itu dipertegas dan dijelaskan oleh kitab suci Bhagavad Gita;  Hindu merupakan agama yang lahir sejak awal penciptaan seluruh alam jagat rayaSelama jagat raya ini masih ada itulah Hindu
Bhagavad Gita adalah merupakan kitab suci Veda yang kelima/terakhir Agama Hindu, yang kealamiahannya, keakuratannya, kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan lebih tinggi dari akar ilmu pengetahuan modern manapun.
Namun begitu, Agama Hindu tidak memiliki doktrin khusus dan juga tidak memiliki organisasi pusat yang mengatur. Agama Hindu adalah gabungan dari berbagai ajaran dan kepercayaan primitif, animisme, penyembahan kepada roh/arwah/leluhur, politeisme, monoteisme, mistik, dan psikologi. Karena itulah Agama Hindu tidak menjadi eksklusif….

Hmmm… baiklah setelah beberapa paragraf pembuka saya…
Selanjutnya langkah pertama yang saya ambil untuk memulai isi uraian penulisan blog versi kedua ini adalah dengan melakukan pengulangan kembali (sebagai pengingat) sebagian dari inti pokok bahasan yang ada di dalam blog versi pertama Tuhan Yang Maha Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern yaitu seperti di bawah ini :

replaytheory
Disebutkan dalam Bhagavad Gita, perhitungan waktu manusia, waktu 1 hari Dewa Brahma = 1000 jaman manusia atau yang disebut Yuga. Alam semesta diwujudkan dalam siklus-siklus Kalpa, dimana 1 Kalpa = waktu 1 hari Dewa Brahma = 1000 siklus Yuga / 1000 jaman manusia. Dimana dalam kurun masa waktu penciptaan-Nya di bumi, Tuhan Yang Maha Esa menggunakan Siklus Yuga, yang dibagi menjadi:
1.  Satya Yuga berlangsung selama 1.728.000 tahun waktu manusia ; jaman ini memiliki ciri :  memiliki sifat-sifat yang sangat saleh, unsur kebijaksanaan dan agama sangat kuat, tidak adanya dosa dan kebodohan sama sekali.
Satya Yuga, dalam pembahasan ilmu pengetahuan modern:
Diperkirakan monyet besar sebagai mamalia pertama yang ada di dunia terdapat pada 35 juta tahun yang lalu, selanjutnya berevolusi menjadi monyet besar yang sudah menyerupai manusia diperkirakan telah ada pada 10 juta tahun yang lalu.
Sedangkan keberadaan manusia diperkirakan telah diciptakan di bumi sekitar 1.700.000 - 4.400.000 tahun yang lalu. Hampir mendekati dengan penjumlahan seluruh siklus-siklus Yuga = usia Satya Yuga = berjumlah 4.320.000 tahun. Contoh penemuan dari ilmu pengetahuan modern yang bersesuaian:
a. Fosil Meganthropus Paleojavanicus yang usianya diperkirakan antara 1.000.000 – 2.000.000 juta tahun yang lalu berasal dari Sangiran,
b.  Fosil  Pithecanthropus Mojokertensis yang usianya diperkirakan 1.900.000 juta tahun yang lalu berasal dari Mojokerto,
c.   Fosil Kenyanthropus Platyops yang usianya diperkirakan antara 3.500.000 juta tahun yang lalu berasal dari Kenya,
d.  Fosil Ardipithecus Ramidus yang usianya diperkirakan antara 4.400.000 juta tahun yang lalu yang juga berasal dari Ethiopia.
Kemudian dilanjutkan oleh jaman…

2.  Tetra Yuga berlangsung selama 1.296.000 tahun waktu manusia; jaman ini memiliki ciri : sudah mulai melakukan kegiatan berdosa. Ini adalah jaman kehidupan dari Shri Rama yang turun ke bumi sebagai perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa secara langsung, untuk mengalahkan kekuatan gelap Sang Mahluk Jahat Sakti Nan Abadi – Prabu Rahwana . Dimana jaman ini ditutup dengan ditangkapnya Prabu Rahwana karena yang telah dijepit hidup-hidup oleh dua buah gunung kembar, yang akhirnya membuat Prabu Rahwana tak mampu berkutik lagi melaksanakan kejahatan dan nafsu serakahnya : untuk menguasai bumi dan tidak bisa mati selama-lamanya. Namun dalam kondisi demikianpun Prabu Rahwana hingga sekarang tetap mengeluarkan pengaruh gelapnya untuk membuat manusia melakukan perbuatan berdosa.
Dengan demikian dilanjutkan oleh jaman…

3.  Dvapara Yuga berlangsung selama 864.000 tahun waktu manusia; jaman ini memiliki ciri : sifat-sifat saleh dan kegiatan keagamaan semakin merosot, sedangkan dosa semakin meningkat. Ini adalah jaman kehidupan keluarga Bharata / Pandawa dan Kaurawa berlangsung. Dimana jaman ini ditutup dengan selesainya perang suci Bharatayuda yang dimenangkan oleh Para Pandawa, kemudian mangkatnya Para Pandawa ke surga di atas Gunung Himalaya.
Terakhir dilanjutkan oleh jaman…

4.  Kali Yuga akan berlangsung selama 432.000 tahun waktu manusia, dan telah berlangsung selama kurun waktu 5000 tahun yang lalu (termasuk di jaman sekarang ini). Dimana diperkirakan 5000 - 6000 tahun yang lalu Adam dan Hawa juga berada di bumi; jaman ini memiliki ciri : kebodohan, kekacauan, hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan kegiatan penuh dosa melimpah, sedangkan sifat-sifat saleh yang sejati hampir tidak ada….
Dijaman ini adalah juga jaman kehidupan dari banyak pemimpin suci agama-agama lainnya seperti:
a.  Sang Maha Suci Buddha berlangsung (563SM - 483SM),
b.  Putra Allah Bapa yang terkasih Tuhan Yesus Kristus berlangsung (4SM),
c.   Nabi Muhammad SAW (571M - 633M).
replaytheory

 
Siklus Yuga / Catur Yuga adalah sebuah siklus masa yang terdiri dari 4 jaman dimana merupakan kurun waktu untuk berlangsungnya suatu proses penciptaan hingga pemusnahan dan peciptaan kembali yang berulang-ulang terhadap seluruh mahluk hidup beserta alamnya yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kemudian menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara di setiap akhir kebajikan di jaman  Siklus-siklus Yuga ini, maka  masing-masing Catur Yuga dilambangkan sebagai berikut:
1.  Satya Yuga; dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
2.  Treta Yuga; dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
3.  Dvapara Yuga; dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
4. Kali Yuga; dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.


 

Penghinaan Para Kurawa kepada Dewi Drupadi - istri Para Pandawa, yang hendak ditelanjangi di muka umum (namun diselamatkan oleh Bhatara Dharma) adalah cikal bakal pemicu perang kebajikan melawan kebatilan, Perang Bharatayuda….Sebagai penanda pralaya berakhirnya jaman Dvapara Yuga



Kali Yuga


Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudan Kalki Awatara (dalam Agama Hindu) yang turun pada akhir jaman Kali Yuga / hari kiamat (termasuk turunnya Yesus Kristus dan Sang Buddha)
 
Disetiap akhir kebajikan dari suatu jaman pada Siklus Yuga, Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang turun ke dunia dengan mengambil salah satu perwujudan Awatara sesuai dengan keadaan ‘masa alam’ saat itu. Tujuan Beliau adalah untuk menegakan kebenaran dan membebaskan umat manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan, memberikan perlindungan kepada yang baik, dan menghancurkan seluruh kejahatan di atas muka bumi. Maka setelah itu dharma akan ditegakkan kembali…


Siklus Kehidupan dan Reinkarnasi (Samsara): Penciptaan – Pemeliharaan – Pemusnahan – Penciptaan Kembali / Lahir – Hidup – Mati – Lahir Kembali


Dalam kitab suci Bhagawad Gita disebutkan; 

Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge
(Bhagavad-gītā, 4.7-8)

arti :

Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh,
dan membinasakan orang jahat,
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman


Salah satu perwujudan Tuhan Yang Maha Esa yang turun ke bumi pada masa akhir kebajikan (dalam Agama Hindu) dari suatu jaman pada Siklus Yuga adalah Kalki Awatara yaitu turun di jaman Kali Yuga. Kali Yuga sendiri diperkirakan berasal dari kata Kalka yang bermakna kotor, busuk, atau jahat, oleh karena itu Kalki berarti penghancur kejahatan, penghancur kekacauan, penghancur kegelapan, atau Sang Pembasmi Kebodohan. Dalam bahasa Hindi, Kalki Avatar berarti inkarnasi hari esok.


Kalki Awatara / Tuhan Yang Maha Esa yang turun ke bumi dalam perwujudan ksatria berkuda putih turun ke dunia (Agama Hindu) pada akhir jaman Kali Yuga


Hmmm…
Hmmm…
Hmmm…

Kemudian kerangka berpikir saya selanjutnya… bila dalam kitab suci Bhagawad Gita membahas tokoh-tokoh Awatara yang keberadaan-Nya telah ‘disabdakan’ akan turun di setiap akhir kebajikan suatu jaman… kembali ke pokok pembahasan mengenai keberadaan tokoh-tokoh pewayangan, terutama keberadaan 2 tokoh sentral kitab suci Bhagawad Gita yaitu Shri Krishna dan Arjuna???



Turunnya Bhagawad Gita / Nyanyian Suci Tuhan / wejangan Shri Krishna kepada Arjuna
  di atas sebuah kereta perang 




2 tokoh sentral kitab suci Bhagawad Gita : Shri Krishna dan Arjuna dalam perang Bharatayuda di medan perang Kuruksetra (kuburan bangsa Kuru / Kurawa) melibatkan 3 Alam (Alam Bhur / alam para Bhatara, Alam Bwah / alam para ksatria manusia, dan Alam Swah / alam para binatang, raksasa, dan dedemit)

 

Perang Bharatayuda melibatkan seluruh kerajaan dan para ksatria dari seluruh penjuru dunia pada masa Dvapara Yuga


Bima memenuhi sumpahnya akan membunuh dan meminum langsung darah segar Dursasana, atas penghinaan Para Kurawa menelanjangi Dewi Drupadi istri Para Pnadawa di hadapan khalayak umum


 

2 ksatria suci perlambang perang Bhratayuda adalah perang kebajikan oleh Gatot Kaca melawan kebatilan oleh Karna

Kemudian pikiran saya berlanjut dengan membandingkan tokoh sentral kitab suci Bhagawad Gita Shri Krishna - Arjuna dengan tokoh sentral kitab suci Alkitab dan Injil yaitu Yesus Kristus…
Masa waktu 2000 tahun yang lalu tentulah bukan waktu yang lama bagi para pengikut-pengikut-Nya atau umat-Nya untuk mencatat lalu menulis peristiwa, merangkum kejadian, membukukan, mencari jejak, dan menemukan, mengumpulkan lalu melestarikan jejak-jejak peninggalan Beliau (Yesus Kristus).



Yesus Kristus Raja di atas segala bangsa: ‘Bapa yang ada di surga, ampunilah orang-orang yang bersalah kepada-Ku, karena mereka tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat kepada-Ku’


Sehingga Yesus Kristus sebagai tokoh sentral kitab suci Alkitab dan Injil menghantarkan saya kepada keyakinan dan ‘inspirasi’ yang kuat bahwa setiap ayat dan sabda dalam kitab suci adalah mengandung kebenaran yang mutlak…
Jadi sebagaimana Yesus Kristus sebagai tokoh sentral kitab suci Alkitab dan Injil, mengapa tidak Shri Krishna dan Arjuna sebagai tokoh sentral dalam kitab suci Bhagawad Gita adalah juga berupa tokoh nyata dan ada???


Shri Krishna Raja Para Bhatara
 
Tidak saya pungkiri, keyakinan saya sering meredup juga, karena bagaimana mungkin bisa mendapatkan jejak-jejak sebagai bukti nyata adanya keberadaan 2 tokoh Shri Krishna dan Arjuna yang hidup sebelum peristiwa kiamat di jaman Dvapara Yuga yang terjadi sebelum 5000 – 6000 tahun SM yang lalu yaitu sebelum masa Adam dan Hawa???? Bayangkannn…
Hmmm… mencari segala sesuatu yang sudah mengalami ‘peristiwa kiamat’ sekiranya adalah hal yang mustahil, bukan???? ^_^
Dalam perkiraan saya, segala bentuk jejak kehidupan pada masa setelah kiamat berlangsung pastilah sudah ‘tenggelam abadi’ di bawah samudra yang dalam yang keberadaannya entah dimana.… 
 
Jadi sungguhkah keberadaan tokoh-tokoh pewayangan tak dapat dibuktikan???
 

Shri Krishna di jaman keemasan-Nya sebagai Raja Dwaraka


Kerajaan Shri Krishna, Kerajaan Dwaraka yang sedang mengalami pralaya/kiamat, yang kemudian diikuti dengan peristiwa Shri Krishna mokhsa / terangkatnya Shri Krishna ke swargaloka
 

Hmmm… ^_^
Ingatlah…
Jangan pernah meragukan kesungguhan, ketekunan, kegigihan yang berlandaskan ‘niat suci’ saya untuk mencari-cari bukti akurat demi menegakkan kitab suci Bhagawad Gita yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern, akhirnya mampu saya wujudkan menjadi nyata…
Seolah secara ajaib oleh sentuhan langsung ‘tangan-tangan’ Sang Maha Pencipta Jagat Raya ini, yang telah menolong saya dengan ‘disegerakan’ (dalam Bahasa Bali : kaswecan) menemukan bukti-bukti yang akurat untuk mendukung saya agar mampu membuktikan sabda-sabda suci beserta tokoh-tokoh dalam kitab suci Bhagawad Gita bukanlah hanya cerita-cerita rekayasa manusia semata / dongeng.
Sungguh-sungguh, penemuan bukti nyata ini bagi saya bagaikan sebuah ‘berkat suci’… #TerimakasihTuhan #AS6810

Jawaban untuk membuktikan bahwa kisah-kisah dan tokoh-tokoh pewayangan dalam kitab suci  Bhagawad Gita secara akurat adalah nyata pernah ada dan pernah terjadi, pada akhirnya saya temukan pada unggahan sebuah situs You Tube yang tentunya berupa bentuk sebuah rekaman video, yaitu rekaman penjelajahan para arkeolog dunia dalam menemukan ‘Dwaraka - Kerajaan yang telah Tenggelam oleh Air Bah pada Masa Jaman Es', 12.000 tahun yang lalu…

Hmmm… ^_^
Dan judul video You Tube tersebut adalah: 

‘Dwarka, India – 12.000 Years Old City of Lord Krishna Found’

 
Para arkeolog dunia ini dalam menemukan Kota Dwaraka, membentuk sebuah tim yang juga didalamnya menyertakan para fotografer bawah air. Dimana penjelajahan pencarian Kota Dwaraka ini yang secara ilmiah didukung oleh teknik survei geofisika yang dikombinasikan dengan penggunaan gema-suara, penembus lumpur, sub-bottom profiler, dan detektor logam di bawah air. Tim ini melakukan ekspedisi arkeologi laut sebanyak 12 kali, yaitu antara tahun 1983 sampai tahun 1992.

‘Dwaraka the lost city of Krishna’

‘Dwaraka the lost city of Krishna’

‘Dwaraka the lost city of Krishna’


‘Dwaraka the lost city of Krishna’, penemuan kembali jejak nyata sebagian Kota Dwaraka yang tersisa setelah mengalami pralaya / kiamat




Secara nyata, memang benar telah ditemukan puing-puing bangunan peninggalan Kerajaan Dwaraka yang berusia 5000-6000 tahun (sesuai dengan jaman Dvapara Yuga). Namun puing-puing tersebut hanyalah sebagian dari peradaban Kerajaan Dwaraka. Dimana telah ditemukan bahwa Kerajaan Dwaraka merupakan sebuah kota makmur di zaman kuno, yang hancur dan dibangun kembali beberapa kali.
Terjadi pula perdebatan untuk waktu yang lama, mengenai letak Kerajaan Dwaraka yang disinyalir memiliki lokasi yang tepat dari kota pelabuhan.
Beberapa referensi sastra, terutama dari Mahabharata, telah digunakan untuk menunjukkan lokasi yang tepat. mengarah pada penenggelaman Kerajaan Dwaraka oleh laut.
 


Artefak dan barang antik yang ditemukan dikirim ke Laboratorium Penelitian Fisik untuk mengetahui usia artefak. Dengan menggunakan teknik Termo-Luminescence, Carbon Dating, dan teknik ilmiah modern lainnya. 
Kesimpulan dari penggalian-penggalian yang dilakukan adalah bahwa Kota Dwaraka ini adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur.



Peta Mahabharata - Letak Kota Dwaraka sebagai kota pelabuhan


 
Penemuan kota legendaris Dwaraka yang dikatakan telah didirikan oleh Shri Krishna, adalah sebuah tonggak penting dalam sejarah India. Karena hal ini telah menghilangkan keraguan para sejarahwan tentang historisitas Mahabharata dan keberadaan Kota Dwaraka. Hal ini juga mempersempit kesenjangan sejarah India dengan adanya kelangsungan peradaban India dari era Veda sampai jaman sekarang, di detik ini… Atau dengan kata lain, telah terbukti bahwa Shri Krishna dan tokoh-tokoh pewayangan lainnya memang benar-benar pernah ada.


Terlalu jenius bila kejadian dan tokoh-tokoh yang ada dalam kisah pewayangan adalah dinyatakan sebagai karya sastra / karangan seorang manusia….
Saya tidak mempercayai hal tersebut!!!
Pewayangan itu Hidup, Nyata, dan Ada!!!



Hmmm...

#AS6810




Agama Hindu tidaklah eksklusif…