Pantulan Sinar Matahari, Gas Rumah Kaca, dan Permukaan
Bumi
Lalu apa penyebab
timbulnya emisi gas yang berbahaya dalam kelompok gas rumah kaca?? Ternyata
penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat
ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk-truk, dan bis-bis dengan polusinya yang
menjengkelkan anda. Tetapi emisi gas berbahaya itu datang dari sesuatu yang
nampak sederhana, tidak berdaya, dan nampak lezat di meja makan anda. yaitu DAGING!!
Laporan ini dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food and
Agriculture Organization / Organisasi Pangan dan Pertanian). Bahwa mobil,
sepeda motor, bus, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana
transportasi lainnya yang bisa anda sebutkan, telah mengandung emisi gas Karbon
Dioksida (CO2) yang menyumbang 13% emisi gas berbahaya rumah kaca. Belum lagi bila
ditambah dengan adanya pengrusakan-pengrusakan hutan yang seharusnya berfungsi
sebagai penyimpan CO2, maka tingkat Global
Warming akan semakin parah, karena pohon-pohon yang mati akibat pengrusakan
hutan akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Di sisi lainnya
terdapat 18% lagi emisi berbahaya gas rumah kaca, dan itu berasal dari
aktifitas agrikultur dan peternakan terutama
dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak yang menghasilkan gas Metana (CH4),
sedangkan gas Nitrogen Oksida (NO) dihasilkan dari pupuk kotoran ternak. Data-data
FAO tersebut makin diperkuat dengan adanya hasil studi terakhir di beberapa
negara industri ‘berbasis peternakan’ yang mengarah pada adanya dampak serius
limbah peternakan terhadap perubahan iklim / Climate Change di era sekarang ini yang lebih popular dengan
istilah pemanasan global / Global Warming.
Methane-Hydrates
Tentu agak sulit
membayangkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya
yang begitu rapuh, yang terlihat begitu kecil dibandingkan luasnya planet ini,
bisa memberikan pengaruh yang begitu besar pada perubahan iklim?? Jawabannya adalah pada
jumlah mereka mereka yang luar biasa banyak. Amerika Serikat saja menjagal tidak kurang dari 10 miliar ‘hewan
darat’ setiap tahunnya!! Bayangkan berapa banyak jumlahnya bila digabungkan
dengan seluruh dunia?!
Untuk membantu anda
membayangkan bagaimana sektor peternakan bisa menghasilkan emisi gas berbahaya yang
begitu besar, simaklah beberapa hal pokok berikut ini:
1. Pemeliharaan hewan
ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung
peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu
inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk
penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik
perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging
tersebut tiba di rumah/ piring makan anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin
adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.
2. Transportasi yang
digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen
pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang
signifikan.
3. Peternakan menyedot
begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga
obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas usaha
ternak terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai bidang. Tapi dapatkah anda
membayangkan berapa banyak lagi emisi gas berbahaya yang dihasilkan tiap
industri pendukung tersebut?? Sebagai peringatan dan gambaran : Perekonomian yang maju di segala bidang tidak ada lagi artinya kalau
planet yang kita tempati hancur!!
4. Masalah yang ditimbulkan
dari usaha ternak menjadi kian serius, karena sistem yang ada dikembangkan hanya dari sisi
input dan produksi saja, dan kurang memperhatikan usaha menjaga keseimbangan
antara produksi limbah yang dihasilkan dengan daya tampung lingkungan. Hal ini
dapat kita lihat dari kotoran, urine, sisa pakan, air buangan, bangkai ternak,
dan juga hasil samping dari olahan produk peternakan (bulu, darah, kulit, isi
perut) yang dihasilkan notabene adalah limbah yang harus dibuang.
5. Di sisi lainnya
secara langsung maupun tak langsung juga memunculkan dampak negatif yang mencakup
lingkungan secara luas. Sebuah peternakan tentunya membutuhkan lahan yang tidak
sedikit demi pembukaan lahan peternakan, dalam hal ini banyak hutan hujan
yang dikorbankan. Makin diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk
menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Peternakan sapi saja telah menyedot
makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang!! Lebih dari jumlah seluruh
populasi manusia yang ada di dunia.
Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa seorang vegetarian mampu menyelamatkan hingga setengah hektar
pepohonan setiap tahunnya! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan
besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Lima puluh lima feet2 hutan
tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger!!
Ditilik lebih lanjut
lagi hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi
secara alamiah akan melepaskan gas Metana dari dalam perutnya selama proses
mencerna makanan (kita mengenalinya sebagai bersendawa). Metana adalah gas
dengan emisi gas rumah kaca berbahaya yang 23 kali lebih buruk dari CO2. Sedangkan
kotoran ternaknya sendiri mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene
300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2. Dan miliaran hewan-hewan ternak di
seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi
polutan gas rumah kaca yang signifikan. Tidak kurang dari 100 milliar ton gas Metana
dihasilkan sektor peternakan setiap tahunnya!!
Pertanyaan selanjutnya
adalah: ’memangnya seberapa banyak kotoran ternak yang ada??’ Di Amerika Serikat saja,
hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran ternak/detik!! Atau menghasilkan tak kurang dari 900 juta
ton kotoran ternak/tahun, kira-kira 3 ton kotoran ternak untuk setiap orang warga
Amerika Serikat. Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia?!?!
Jumlah yang luar biasa banyak itu membuat sebagian besar kotoran ternak tidak
dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya,
akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah ‘membuangnya’
ke sungai-sungai, danau-danau, atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya mencemari
udara, meracuni tanah, dan sumber-sumber air.
Metana dan Nitrogen Oksida yang berasal dari sistem pencernaan dan
kotoran hewan menghasilkan emisi berbahaya gas rumah kaca lebih hebat dari
semua mobil, kereta api, dan pesawat bila digabungkan
Setelah menyimak pembahasan terperinci, betapa jumlah limbah ternak
pada peternakan di dunia telah sedemikian rupa mampu menyebabkan perubahan
iklim dunia. Dan sungguh miris rasanya karena selanjutnya saya akan membahas tentang
adanya ‘fenomena
kebiasaaan’ membuangan makanan dengan jumlah yang mencengangkan yang terjadi di
negara-negara maju.
Negara-negara maju terkenal sebagai pembuang makanan terbesar di
dunia. Setiap hari penduduknya diperkirakan membuang bahan makanan segar dan
masakan yang masih layak tanpa merasa bersalah. Padahal kegiatan memproduksi
makanan seperti pertanian, industri dan retail menggunakan 70% dari total
produksi bahan bakar dunia. Di Jepang misalnya,
penelitian secara diam-diam dilakukan ke setiap toko-toko, restoran, dan
supermarket yang menjual makanan menunjukkan, betapa banyaknya makanan yang
masih layak dimakan harus sia-sia masuk kedalam kantong-kantong plastik yang
siap diangkut oleh truk-truk sampah beserta sampah-sampah kotor lainnya. Hal
itu bisa terjadi karena diakibatkan dari budaya masyarakat Jepang yang sebagian
besar warganya senang mengkonsumsi makanan dari bahan-bahan yang masih dalam
kondisi segar. Sehingga mau tidak mau, makan-makanan yang masih layak konsumsi namun
tidak laku terjual hingga beberapa saat sebelum toko-toko dan restoran-restoran
yang menjualnya harus ditutup, secara otomatis makanan-makanan tersebut haruslah
dibuang, karena dianggap tidak memiliki nilai jual lagi untuk keesokan harinya.
Padahal bila diperhatikan satu-persatu, makanan-makanan tersebut terdiri dari bahan-bahan
segar berkualitas baik yang sebagian besar diimpor dari seluruh penjuru dunia.
Bayangkan pemborosan bahan bakar yang telah terjadi??
Kebiasaan membeli
bahan makanan secara impulsif lalu disimpan di tempat penyimpanan tanpa pernah
digunakan, paling banyak berkontribusi pada kebiasaan sia-sia ini. Aturan dari
restoran-restoran kelas atas yang tidak membolehkan pegawainya membawa pulang
sisa makanan lezat ikut memperburuk keadaan. Dengan menyesal, setiap hari para
pegawai dapur harus membuang dan menyaksikan berbagai jenis hidangan masih
layak dibuang begitu saja ke dalam tempat sampah. Di Inggris 6,7 juta ton/tahun
makanan yang masih layak telah dibuang sia-sia. Sedangkan di Amerika Serikat
sendiri dari hasil penelitian terakhir oleh Universitas Arizona menunjukan
bahwa sekitar 40% hingga 50% dari keseluruhan pangan yang siap panen tidak
habis dimakan. Secara nasional sekitar 760 kg/tahun makanan dibuang oleh setiap
warga Amerika Serikat. Negara ini mengeluarkan sekitar 1 milyar Dolar/tahun
hanya untuk membuang makanan layak menjadi
sampah semata.
Jumlah makanan layak dibuang
sia-sia terbanyak berada di negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Sedangkan di
Negara-negara Sub Sahara Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara makanan layak dibuang
sia-sia dengan jumlah yang jauh lebih sedikit. Data lain menyatakan jumlah
makanan layak yang dibuang sia-sia di negara-negara kaya sama jumlahnya dengan
jumlah keseluruhan makanan yang diproduksi oleh negara-negara Sub Sahara
Afrika. Kesimpulannya, jumlah makanan
yang dibuang sia-sia oleh negara-negara kaya tersebut mampu memberi makan sebanyak
penduduk negara-negara Benua Afrika.
30%
dari keseluruhan makanan yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya
terbuang sia-sia. Jumlah itu berkisar 1,3 milyar ton, seperti laporan terbaru
oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture Organization / Organisasi Pangan dan
Pertanian). Dan ditemukan makanan yang paling banyak dibuang oleh penduduk
dunia adalah burger.
Paket Minimalis… Masih mampukah menggiurkan air liur anda?? Dapatkah
membantu program mengurangi jumlah konsumsi daging dunia???
|