Senin, 20 Februari 2012

Cattle Waste




Pada tulisan sebelumnya, saya telah menampilkan berbagai macam jenis makanan ‘penerbit air liur’ bagi para pencinta daging atau istilah kerennya ‘The Meat Lovers”. (ha ha ha silahkan anda menjilati air liur anda yang menetes jatuh). Lalu, apa hubungannya macam-macam makanan daging tersebut dengan polusi yang ada di planet bumi kita yang tercinta ini?? Apa lagi jika dihubungkan dengan pemanasan global atau Global Warming??
Lalu apa itu Global Warming?? Global Warming adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Suhu rata-rata permukan bumi meningkat diakibatkan adanya gas-gas rumah kaca yang bermuatan emisi gas berbahaya. Gas rumah kaca itu apa?? Gas rumah kaca adalah kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat, dengan begitu tanaman pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup.
Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas rumah kaca tersebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, Planet Mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32oC.

Pantulan Sinar Matahari, Gas Rumah Kaca, dan Permukaan Bumi



Lalu apa penyebab timbulnya emisi gas yang berbahaya dalam kelompok gas rumah kaca?? Ternyata penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk-truk, dan bis-bis dengan polusinya yang menjengkelkan anda. Tetapi emisi gas berbahaya itu datang dari sesuatu yang nampak sederhana, tidak berdaya, dan nampak lezat di meja makan anda. yaitu DAGING!!
Laporan ini dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture Organization / Organisasi Pangan dan Pertanian). Bahwa mobil, sepeda motor, bus, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi lainnya yang bisa anda sebutkan, telah mengandung emisi gas Karbon Dioksida (CO2) yang menyumbang 13% emisi gas berbahaya rumah kaca. Belum lagi bila ditambah dengan adanya pengrusakan-pengrusakan hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2, maka tingkat Global Warming akan semakin parah, karena pohon-pohon yang mati akibat pengrusakan hutan akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Di sisi lainnya terdapat 18% lagi emisi berbahaya gas rumah kaca, dan itu berasal dari aktifitas  agrikultur dan peternakan terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak yang menghasilkan gas Metana (CH4), sedangkan gas Nitrogen Oksida (NO) dihasilkan dari pupuk kotoran ternak. Data-data FAO tersebut makin diperkuat dengan adanya hasil studi terakhir di beberapa negara industri ‘berbasis peternakan’ yang mengarah pada adanya dampak serius limbah peternakan terhadap perubahan iklim / Climate Change di era sekarang ini yang lebih popular dengan istilah pemanasan global / Global Warming


Methane-Hydrates


Tentu agak sulit membayangkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya yang begitu rapuh, yang terlihat begitu kecil dibandingkan luasnya planet ini, bisa memberikan pengaruh yang begitu besar pada perubahan iklim?? Jawabannya adalah pada jumlah mereka mereka yang luar biasa banyak. Amerika Serikat saja menjagal tidak kurang dari 10 miliar ‘hewan darat’ setiap tahunnya!! Bayangkan berapa banyak jumlahnya bila digabungkan dengan seluruh dunia?!
Untuk membantu anda membayangkan bagaimana sektor peternakan bisa menghasilkan emisi gas berbahaya yang begitu besar, simaklah beberapa hal pokok berikut ini:

1. Pemeliharaan hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging tersebut tiba di rumah/ piring makan anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.
2. Transportasi yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.
3. Peternakan menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas usaha ternak terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai bidang. Tapi dapatkah anda membayangkan berapa banyak lagi emisi gas berbahaya yang dihasilkan tiap industri pendukung tersebut?? Sebagai peringatan dan gambaran : Perekonomian yang maju di segala bidang tidak ada lagi artinya kalau planet yang kita tempati hancur!!
4. Masalah yang ditimbulkan dari usaha ternak menjadi kian serius, karena  sistem yang ada dikembangkan hanya dari sisi input dan produksi saja, dan kurang memperhatikan usaha menjaga keseimbangan antara produksi limbah yang dihasilkan dengan daya tampung lingkungan. Hal ini dapat kita lihat dari kotoran, urine, sisa pakan, air buangan, bangkai ternak, dan juga hasil samping dari olahan produk peternakan (bulu, darah, kulit, isi perut) yang dihasilkan notabene adalah limbah yang harus dibuang. 
5. Di sisi lainnya secara langsung maupun tak langsung juga memunculkan dampak negatif yang mencakup lingkungan secara luas. Sebuah peternakan tentunya membutuhkan lahan yang tidak sedikit demi pembukaan lahan peternakan, dalam hal ini banyak hutan hujan yang dikorbankan. Makin diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Peternakan sapi saja telah menyedot makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang!! Lebih dari jumlah seluruh populasi manusia yang ada di dunia.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang vegetarian mampu menyelamatkan hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Lima puluh lima feet2 hutan tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger!!
Ditilik lebih lanjut lagi hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan gas Metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan (kita mengenalinya sebagai bersendawa). Metana adalah gas dengan emisi gas rumah kaca berbahaya yang 23 kali lebih buruk dari CO2. Sedangkan kotoran ternaknya sendiri mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene 300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2. Dan miliaran hewan-hewan ternak di seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi polutan gas rumah kaca yang signifikan. Tidak kurang dari 100 milliar ton gas Metana dihasilkan sektor peternakan setiap tahunnya!!



Pertanyaan selanjutnya adalah: ’memangnya seberapa banyak kotoran ternak yang ada??’ Di Amerika Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran ternak/detik!! Atau menghasilkan tak kurang dari 900 juta ton kotoran ternak/tahun, kira-kira 3 ton kotoran ternak untuk setiap orang warga Amerika Serikat. Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia?!?! Jumlah yang luar biasa banyak itu membuat sebagian besar kotoran ternak tidak dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah ‘membuangnya’ ke sungai-sungai, danau-danau, atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya mencemari udara, meracuni tanah, dan sumber-sumber air. 


 Metana dan Nitrogen Oksida yang berasal dari sistem pencernaan dan kotoran hewan menghasilkan emisi berbahaya gas rumah kaca lebih hebat dari semua mobil, kereta api, dan pesawat bila digabungkan


Setelah menyimak pembahasan terperinci, betapa jumlah limbah ternak pada peternakan di dunia telah sedemikian rupa mampu menyebabkan perubahan iklim dunia. Dan sungguh miris rasanya karena selanjutnya saya akan membahas tentang adanya ‘fenomena kebiasaaan’ membuangan makanan dengan jumlah yang mencengangkan yang terjadi di negara-negara maju.

Negara-negara maju terkenal sebagai pembuang makanan terbesar di dunia. Setiap hari penduduknya diperkirakan membuang bahan makanan segar dan masakan yang masih layak tanpa merasa bersalah. Padahal kegiatan memproduksi makanan seperti pertanian, industri dan retail menggunakan 70% dari total produksi bahan bakar dunia.  Di Jepang misalnya, penelitian secara diam-diam dilakukan ke setiap toko-toko, restoran, dan supermarket yang menjual makanan menunjukkan, betapa banyaknya makanan yang masih layak dimakan harus sia-sia masuk kedalam kantong-kantong plastik yang siap diangkut oleh truk-truk sampah beserta sampah-sampah kotor lainnya. Hal itu bisa terjadi karena diakibatkan dari budaya masyarakat Jepang yang sebagian besar warganya senang mengkonsumsi makanan dari bahan-bahan yang masih dalam kondisi segar. Sehingga mau tidak mau, makan-makanan yang masih layak konsumsi namun tidak laku terjual hingga beberapa saat sebelum toko-toko dan restoran-restoran yang menjualnya harus ditutup, secara otomatis makanan-makanan tersebut haruslah dibuang, karena dianggap tidak memiliki nilai jual lagi untuk keesokan harinya. Padahal bila diperhatikan satu-persatu, makanan-makanan tersebut terdiri dari bahan-bahan segar berkualitas baik yang sebagian besar diimpor dari seluruh penjuru dunia. Bayangkan pemborosan bahan bakar yang telah terjadi??

Kebiasaan membeli bahan makanan secara impulsif lalu disimpan di tempat penyimpanan tanpa pernah digunakan, paling banyak berkontribusi pada kebiasaan sia-sia ini. Aturan dari restoran-restoran kelas atas yang tidak membolehkan pegawainya membawa pulang sisa makanan lezat ikut memperburuk keadaan. Dengan menyesal, setiap hari para pegawai dapur harus membuang dan menyaksikan berbagai jenis hidangan masih layak dibuang begitu saja ke dalam tempat sampah. Di Inggris 6,7 juta ton/tahun makanan yang masih layak telah dibuang sia-sia. Sedangkan di Amerika Serikat sendiri dari hasil penelitian terakhir oleh Universitas Arizona menunjukan bahwa sekitar 40% hingga 50% dari keseluruhan pangan yang siap panen tidak habis dimakan. Secara nasional sekitar 760 kg/tahun makanan dibuang oleh setiap warga Amerika Serikat. Negara ini mengeluarkan sekitar 1 milyar Dolar/tahun hanya untuk  membuang makanan layak menjadi sampah semata.

Jumlah makanan layak dibuang sia-sia terbanyak berada di negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Sedangkan di Negara-negara Sub Sahara Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara makanan layak dibuang sia-sia dengan jumlah yang jauh lebih sedikit. Data lain menyatakan jumlah makanan layak yang dibuang sia-sia di negara-negara kaya sama jumlahnya dengan jumlah keseluruhan makanan yang diproduksi oleh negara-negara Sub Sahara Afrika. Kesimpulannya, jumlah makanan yang dibuang sia-sia oleh negara-negara kaya tersebut mampu memberi makan sebanyak penduduk negara-negara Benua Afrika.

  30% dari keseluruhan makanan yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya terbuang sia-sia. Jumlah itu berkisar 1,3 milyar ton, seperti laporan terbaru oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture Organization / Organisasi Pangan dan Pertanian). Dan ditemukan makanan yang paling banyak dibuang oleh penduduk dunia adalah burger.


Paket Minimalis… Masih mampukah menggiurkan air liur anda?? Dapatkah membantu program mengurangi jumlah konsumsi daging dunia???



Tidak ada komentar:

Posting Komentar