Hmmm…
Terumbu karang yang indah
……….
Sebelumnya saya ingin mengucapkan Selamat Hari Kasih Sayang – Valentine’s Day yang jatuh tepat pada malam
minggu sehingga membuat malam minggu di tahun ini adalah merupakan salah satu malam
minggu yang sungguh romantis manis. Untuk turut merayakannya saya pribadi kembali
menulis sebuah blog sederhana sekaligus memperingati dengan penuh sayang dan hormat
atas wafatnya ibunda yang tercinta almarhumah I Gusti Ayu Made Sibetan setahun yang lalu di Mataram, yaitu pada tanggal
9 Februari 2014 pada pukul 03.00 WITA.
Menyesal-ikhlas, tidak puas-bangga, kecewa-bahagia sakit
hati-syukur, marah-pasrah, tidak
nyata-nyata. Apapun bentuk perasaan saya menghadapi kepergian beliau untuk
selama-lamanya, bagaimanapun, saat mendampingi beliau, saya menggenggam tangan beliau, kemudian saya mendapat anugerah mulia yang dapat saya katakan
sebuah kesempatan langka penuh kasih
keajaiban; menghantar jiwa beliau melalui 3 kali Mantram Puja Tri Sandhya berturut-turut, tepat hingga saat beliau menghembuskan
nafas terakhirnya. Terimakasih Tuhan.
……….
Mengenang I Gusti Ayu Made Sibetan akan selalu menjadi yang
terindah, beliau sama seperti blog sederhana
ini, yang saya persembahkan sebagai sebuah puisi
yang indah :)
Hmmm…
Baiklah, untuk blog kali ini saya akan membahas tentang pengaruh
pengasaman samudra / ocean acidification terhadap kualitas
kehidupan spesies hewan penghuni laut melalui kesehatan terumbu karang.
Lalu apakah
perbedaan pemanasan global / global
warming dengan pengasaman samudra / ocean
acidification? Adakah hubungannya antara pemanasan global / global warming dengan pengasaman samudra
/ ocean acidification?
Pemanasan global / global warning adalah akibat dari
pencemaran lingkungan di daratan, sedangkan pengasaman samudra / ocean acidification adalah akibat dari pencemaran
lingkungan di lautan.
Hubungan antara pemanasan
global / global warming dengan pengasaman
samudra / ocean acidification, dimana
pemanasan global / global warming
juga berkontribusi terhadap meningkatnya permukaan air laut dan suhu rata-rata
air laut.
Akan saya
bahas lebih detail mengenai pengasaman
samudra / ocean acidification.
Pengasaman samudra / ocean
acidification
adalah istilah yang diberikan untuk proses turunnya kadar pH air laut yang terjadi akibat penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dihasilkan dari kegiatan
manusia (seperti bernafas, berternak, dan penggunaan bahan bakar fosil).
Sejak Revolusi
Industri, konsentrasi gas-gas rumah kaca semakin meningkat. Dimana pada tahun 1750,
terdapat 281 molekul karbon dioksida (CO2) per satu juta molekul
udara (281 ppm). Pada tahun 1988 konsentrasi karbon dioksida (CO2) telah
mencapai >350 ppm, meningkat lagi di tahun 2007 konsentrasi karbon dioksida (CO2)
telah mencapai 383 ppm, di tahun 2013 meningkat di atas >400 ppm. Sehingga
diperkirakan pada tahun 2100 karbon dioksida (CO2) akan mencapai
konsentrasi 540 - 970 ppm.
Bahkan jika para ilmuwan
menggunakan perkiraan perhitungan yang lebih tinggi, diperkirakan bahwa
konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan dengan masa
sebelum Revolusi Industri. Padahal tingkat kadar karbon
dioksida (CO2) yang aman agar atmosfer efektif menjaga kestabilan
dinamis cuaca dan iklim bumi adalah berkisar 300 ppm - 350 ppm.
Saat konsentrasi karbon
dioksida (CO2) di atmosfer senilai 500 ppm - 650 ppm, dapat
menyebabkan efek negatif terhadap karang laut / corals, hewan kulit lunak / echinodermata,
siput / mollusc, dan ikan. Namun
belum berdampak pada udang dan kepiting / crustacea.
Tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi, semua makhluk akan dirugikan.
Peningkatan kadar karbon
dioksida (CO2) tersebut juga dapat menimbulkan kepekaan / sensivitas
secara negatif seperti perubahan perilaku dan sensorik pada mahluk laut. Misalnya,
ikan menjadi kurang takut pada predator, metabolisme berubah, dan kecepatan
hewan laut dalam membentuk cangkang menurun. Kemiripan sensitivitas akibat
meningkatnya karbon dioksida (CO2) dapat diamati dalam fosil-fosil
yang kepunahan mereka terjadi 55 juta dan 250 juta tahun lalu.
Seiring dengan
itu, berdasarkan hasil pengamatan, suhu permukaan bumi naik rata-rata sebesar 1oC
sejak awal Revolusi Industri. Kenaikan akan mencapai 2oC pada
pertengahan abad ini, dan dengan cepat suhu permukaan bumi di tahun 2100 akan
mencapai 3oC jika tidak ada langkah-langkah besar yang diambil untuk
mengurangi laju pertambahan emisi gas rumah kaca di atmosfer.
Dampak bertambahnya unsur karbon dioksida (CO2) di udara bagi keberlangsungan berbagai jenis mahluk laut
|
Air laut memiliki
sifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 pada daerah
permukaan air laut, sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida (CO2) yang terlarut dalam lautan menurunkan pH air
laut sekitar 0,1. Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi 30% lebih asam dari
kondisi sebelumnya. Jika karbon dioksida (CO2) terkumpul secara terus-menerus, diperkirakan
tingkat keasaman laut akan turun menjadi pH 7,8 pada tahun 2100. Dimana pada tahun 2100
nanti air laut akan menjadi 150% lebih asam dibandingkan pada tahun
1800, yang menyebabkan penyerapan karbon yang dapat merusak/melehkan organisme yang bercangkang keras di lautan.
Lalu pada masa
depan jika terjadi penurunan tingkat keasaman laut yang ekstrim hingga jauh
dibawah pH 6, akan dapat mengaktifkan dan memperkuat reaksi kimia serta
toksisitas (daya racun) dari zat yang terlarut, mengendap, dan tersimpan
di dasar perairan. Hal tersebut mengakibatkan perkembangbiakan dan
pertumbuhan hewan-hewan laut menjadi terganggu, hingga nantinya akan menyebabkan kematian kehidupan alam bawah laut secara massal.
Jumlah
penyerapan karbon dioksida (CO2) oleh air laut di jaman modern saat ini lebih banyak beberapa puluh kali lipat
dibanding jumlah penyerapan karbon dioksida (CO2) saat terjadinya letusan gunung-gunung vulkanik
yang telah memusnahkan kehidupan dinosaurus beberapa puluh juta tahun yang
lalu. Tanda-tanda mengkhawatirkan bagi ekosistem laut ini dapat digambarkan seolah-olah bumi telah merokok dua bungkus rokok sehari!
Mengerikan bukan????
Proses penurunan kadar pH air laut sejak
sebelum tahun 1850 hingga tahun-tahun di masa datang
|
Grafik penurunan pH air laut dari tahun
1800 hingga tahun 2100
|
Air laut yang 150% lebih asam sejak tahun
1800 akan menyebabkan penipisan, pengecilan, dan melarutkan/merusak karang dan hewan
laut bercangkang keras di tahun 2100
|
Pada tahun 1990
para ilmuan internasional melakukan proyek penelitian dengan mengumpulkan dan
menganalisis lebih dari 77.000 sampel air laut dari berbagai kedalaman dan
lokasi di seluruh dunia yang memakan waktu 15 tahun. Dari penelitian ini,
diperoleh kesimpulan bahwa laut menyerap lebih dari 1/3 karbon dioksida
(CO2) yang ada di udara. Para peneliti juga memperkirakan
bahwa sekitar 1 juta ton karbon dioksida (CO2) di atmosfer diserap oleh laut tiap jamnya.
Dimana total jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang telah dimasukkan ke dalam
lautan saat ini adalah sekitar 530 miliar ton. Memang merupakan hal baik bagi mahluk
hidup yang berada di daratan, karena artinya lautan membantu mengurangi emisi
rumah kaca / glass house emission
yang begitu banyak sehingga membantu menurunkan laju pemanasan global / global warming . Tapi bagi para penghuni
laut, ini merupakan bencana, terutama bagi berbagai jenis
spesies karang laut dan hewan laut bercangkang.
Secara ilmiah karbon dioksida yang memiliki rumus kimia CO2 dapat menjadi asam
ketika bereaksi dengan air (H2O) sehingga disebut oksida asam.
Reaksi kimianya adalah sebagai
berikut :
CO2(g)
+ H2O(l) ---> H2CO3(aq)
H2CO3(aq) ---> H+(aq)+ HCO3-(aq)
Proses Pengasaman Samudra terhadap
kerusakan terumbu karang dan hewan laut bercangkang
|
H2CO3
atau biasa disebut asam karbonat merupakan suatu asam lemah dan sedikit
terionisasi menghasilkan H+ (spesi yang mengindikasikan larutan
bersifat asam menurut teori Asam Basa Arrhenius).
Proses pengasaman samudera,
secara sederhana adalah karbon dioksida (CO2) dari pembakaran bahan bakar fosil yang terkumpul
dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global / global warming, berpengaruh terhadap samudera atau lautan. Karbon dioksida (CO2) diserap oleh laut dan bereaksi dengan air laut
membentuk asam karbonat (H2CO3) dan meningkatkan keasamam
(H+) air laut.
Reaksi kimianya adalah sebagai
berikut :
H+(aq)
+ CO32-(aq) karbonat ---> HCO3-(aq) ion bikarbonat
Karbon dioksida + air akan membentuk ion bikarbonat di dalam lautan
|
Sebaliknya, air laut
menjadi kekurangan persediaan karbonat (CO32-) akibat
pembentukan ion bikarbonat (HCO3-), dimana karbonat (CO32-)
merupakan zat yang digunakan oleh puluhan ribu spesies karang laut dan
organisme laut untuk membentuk cangkang dan tulang/kerangka. Sedangkan lama
pertumbuhan karang laut hanya 5 – 10 cm/tahun
Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif
sehingga mampu melarutkan cangkang organisme laut dan melemahkan pertumbuhan
karang laut (sehingga ukuran karang laut dan organisme laut menjadi semakin
mengecil). Tingkat keasaman lautan yang tinggi juga dapat menggangu efektifitas
spesies hewan laut dalam bereproduksi sehingga jumlahnya pun semakin berkurang,
mengganggu indra penciuman beberapa spesies hewan laut, mengganggu indra
pendengaran beberapa spesies hewan laut sehingga sulit baginya untuk
mendapatkan makanan maupun menghindari predator!
Reaksi kimia pembentukan karang
dan cangkang adalah sebagai berikut:
Ca2+ + CO32- karbonat ---> CaCO3
kalsium karbonat
Berkurangnya persediaan karbonat (CO32-)
dalam air laut mampu melarutkan cangkang organisme laut dan melemahkan
pertumbuhan terumbu karang
|
Jadi jika persediaan
karbonat (CO32-) dalam air laut berkurang, karang laut dan
hewan laut yang bercangkang harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk
mengumpulkan ion tersebut.
Berkurangnya persediaan karbonat (CO32-)
dalam air laut mengakibatkan karang laut dan hewan laut yang bercangkang harus
mengeluarkan lebih banyak energi untuk mengumpulkan ion
|
Proses permukaan cangkang organisme laut
yang larut akibat pengasaman air laut
|
Cangkang organisme laut yang larut akibat
pengasaman air laut
|
Contoh pengasaman samudra mampu melarutkan
terumbu karang hanya dalam kurun waktu 2 tahun, sehingga diperkirakan terumbu karang akan musnah setelah tahun 2050
|
Pengasaman Samudra = Osteoporosis Samudra
|
Dan apabila
terumbu-terumbu karang di seluruh dunia banyak yang dirusak begitu saja dengan
mudahnya, sedangkan dalam setahun pertumbuhan terumbu karang hanya mencapai 5cm
- 10cm, berapa lamakah diperlukan waktu untuk menumbuhkan karang sebesar mobil
anda???
Lama pertumbuhan terumbu karang hanya
5 – 10 cm / tahun. Bandingkan lamanya untuk mencapai sebesar mobil
|
Pengasaman
samudera, tidak dapat disangkal lagi, adalah nyata bencana lingkungan samudera yang secara perlahan dapat menghancurkan ekosistem laut dan pada akhirnya berdampak kearah ancaman
terhadap sumber makanan bagi ratusan juta orang di industri perikanan,
pariwisata, serta usaha penangkapan ikan yang telah menampung lebih dari 38
juta orang secara langsung dan sekitar 160 juta orang yang bergantung secara
tidak langsung.
Sedangkan laut
yang sehat itu sendiri ditandai dengan ‘seimbangnya’ kehidupan daerah terumbu
karangnya. Indikasi kesehatan terumbu karang adalah harus ditemukannya semua jenis spesies hewan laut pada terumbu
karang secara lengkap yaitu dari
tingkat karang laut, alga, rumput laut / sea
grasses, bunga laut / sea anemones,
dan remis / scallops sebagai sumber
makanan terbawah penghuni laut seperti cacing laut, siput laut, bintang laut,
landak laut, kuda laut, udang, ubur-ubur, kepiting, cumi-cumi (Herbivores Level), kemudian ke tingkat
penghuni terumbu karang yang lebih besar (Mesopredators
Level) seperti gurita, belut laut, ular laut, penyu, ikan-ikan kecil, hingga
tingkat predator puncak (Top Predators
Level) seperti berbagai jenis hiu, pari, ocra, ikan-ikan besar,
lumba-lumba, paus.
Penghuni Terumbu Karang : corals, algae, planktons, sea grasses, sea
anemone, remis / scallops ---> Herbivores ---> Mesopredators ---> Top Predators disebut
dengan Rantai Makanan / Food Chain.
Kehidupan spesies hewan di samudra
|
Bintang laut dan landak laut
|
Kuda laut
|
Kepiting
|
Ikan Hias
|
Penyu
|
Belut Laut
|
Hiu
|
Jadi, laut
yang tidak sehat dapat dilihat dari tidak lengkapnya atau tidak sempurnanya
bentuk dan ukuran mahluk penghuni terumbu karang maupun terumbu karang itu
sendiri.
Tidak sempurnanya ukuran dan
bentuk mahluk penghuni terumbu karang, misalnya terlihat pada karang laut dan hewan
laut bercangkang yang ukurannya kian mengecil. Mengecilnya ukuran dan sekaligus
menyusutnya jumlah hewan laut bercangkang keras ini, nantinya juga akan berimbas
secara cepat ataupun lambat hingga pada tingkat spesies hewan laut teratas
Rantai Makanan (Top Predators Level).
Misalnya, imbasnya ke berbagai jenis hiu, dimana ukuran hiu tersebut juga bisa ikut
semakin mengecil, atau bahkan populasi hiu dapat pergi menghilang/punah dari habitatnya
di terumbu karang tersebut, akibat kekurangan makanan atau lingkungan
habitatnya yang kian tercemar/rusak.
Sedangkan tidak lengkapnya
penghuni terumbu karang artinya salah satu spesies hewan laut yang ada dalam Rantai
Makanan pada sebuah terumbu karang pergi ke tempat lain/menghilang, juga akibat
dari kurangnya/punah persediaan makanan mereka pada terumbu karang tersebut.
Fungsi seluruh
spesies hewan laut pada Tingkat Rantai
Makanan / Food Chain Level di
suatu terumbu karang antara satu dengan yang lainnya tentu sama pentingnya,
karena akan sama-sama saling mempengaruhi. Hilangnya salah satu spesies hewan laut
di suatu tingkatan Rantai Makanan akan berimbas pada tingkat Rantai Makanan
lainnya.
Dampak terbesar apabila spesies
hewan laut di tingkat Top Predators
yang menghilang/punah maka spesies hewan laut di tingkat Mesopredators akan mengalami ledakan populasi.
Kemudian apabila spesies hewan
laut di tingkat Mesopredators
mengalami ledakan populasi secara tidak terkendali, maka spesies mahluk laut di
tingkat Herbivora sebagai sumber
makanan dari spesies hewan laut di tingkat Mesopredators
akan habis akibat perebutan makanan di antara spesies hewan laut di tingkat Mesopredators itu sendiri. Lama-kelamaan
spesies hewan laut di tingkat Mesopredators
pun nantinya akan punah juga karena tidak ada lagi makanan yang tersisa bagi
mereka.
Dan akhir dari ketimpangan/tidak
seimbangnya sebuah Rantai Makanan akan bisa mengakibatkan keberadaan spesies
mahluk laut di seluruh tingkat Rantai Makanan tersebut akan punah/lenyap. Kematian massal!
Lalu adakah
pengaruhnya terhadap manusia????
Tentu saja sangat ada!
Nelayan-nelayan baru merasa telah kehilangan
mata pencahariannya setelah tersadar jika ikan-ikan tangkapan mereka menghilang/habis
dari habitatnya/tempat para nelayan tersebut biasanya mendapat banyak tangkapan
ikan.
Tapi dimanakah kesadaran manusia sebelumnya apabila telah
sekian lamanya, baik secara sadar-tidak sadar, langsung-tidak langsung,
peduli-tidak peduli telah merusak lingkungan lautan????
Setelah panjang lebar menguraikan pentingnya setiap spesies
hewan di setiap tingkat Rantai Makanan. Maka saya ingin membahas spesies hewan laut
penghuni terumbu karang yang terlihat unik dan menarik untuk saya bahas
selentingan, yaitu Sea Leafy Dragon (naga
laut mini), Pygmy Sea Horse (kuda
laut moncong babi), Pipe Fish
(ikan pipa), Sea Horse (kuda
laut), Ghost Pipe Fish (ikan pipa
hantu), dan Trumpet Fish (ikan
trompet). Kenapa saya memilih dan tertarik membahas selentingan mengenai Sea Leafy Dragon, Pygmy Sea Horse, Pipe Fish, Sea Horse, Ghost Pipe Fish, dan
Trumpet Fish? Apakah karena bulan ini dunia juga akan merayakan Hari Raya
Tahun Baru China? Februari tahun ini sungguh bulan yang meriah, bukan… Gong Xi Fa Chai… Heheh ^_^
Tentu saja alasan utama saya karena Sea
Leafy Dragon, Pygmy Sea Horse, Pipe Fish, Sea Horse, Ghost Pipe Fish, dan
Trumpet Fish terancam punah akibat kondisi air laut yang semakin tidak
sehat serta tingginya perburuan liar hewan laut mini ini di pasaran
internasional, salah satunya adalah sebagai
pemenuhan kebutuhan industri di bidang pengobatan atau bahkan hanya sekedar pemenuhan
permintaan industri perhiasan/pernak-pernik saja.
Ratusan ribu Sea Horse yang dikeringkan,
dipajang, dan siap dijual
|
Industri perdagangan mendunia Sea Horse dan Trumpet Fish mengancam populasinya di alam |
Lucunya seekor Sea Horse yang sedang asyik bercermin,
takjub memperhatikan bayangan dirinya. IRONIS....
|
Saya akan jelaskan satu-persatu, apakah itu Sea Leafy Dragon? Sea Leafy
Dragon adalah sejenis kuda laut yang unik karena bentuk tubuhnya mirip
menyerupai seekor naga dan ukuran tubuhnya yang rata-rata hanya 24mm.
Sedangkan Pygmy Sea Horse
adalah sejenis kuda laut yang tak kalah uniknya karena memiliki bentuk moncong
yang mirip dengan moncong babi serta memiliki
ukuran tubuhnya yang juga rata-rata hanya 24mm.
Pipe Fish sendiri adalah sejenis ikan yang memiliki bentuk tubuh yang panjang menyerupai pipa.
Ghost Pipe Fish adalah sejenis ikan yang memiliki bentuk tubuh yang menyerupai
pipa yang pendek.
Dan yang terakhir, Trumpet
Fish adalah sejenis ikan yang memiliki bentuk moncong yang panjang yang
ujungnya menyerupai terompet. Trumpet
Fish pun memiliki kemampuan menyamarkan warna tubuhnya sesuai dengan
tempatnya menetap.
Coba bayangkan mahluk-mahluk laut yang hanya berukuran 24mm ini,
lalu apa pentingnya??? Tentu saja penting, karena keberadaan karena Sea
Leafy Dragon, Pygmy Sea Horse, Pipe Fish, maupun Ghost Pipe Fish yang hanya berukuran sekitar
24mm ini, pada sebuah habitat terumbu karang juga dapat menjadi salah satu
indikasi yang menunjukan seberapa sehat
kondisi air laut (seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya mengenai pengaruh
tiap tingkatan spesies mahluk di Rantai Makanan).
Populasi Sea Horse merupakan salah satu indikasi kondisi air laut yang sehat
24 mm Leafy Sea Dragon
|
24 mm Pygmy Sea Horse
|
Pipe Fish |
24 mm Leafy Sea Dragon vs Sea Horse
|
Ghost Pipe Fish |
Trumpet Fish
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar