Rabu, 09 Maret 2016

Tahun Baru Caka, Bulan Mati, Gerhana Matahari, Hening…… dan Reklamasi Teluk Benoa








Tahun Baru Caka yang dirayakan sebagai Hari Raya Suci Nyepi di hari ini pada tanggal 9 Maret 2016, sangat unik, sangat indah, dan langka. Unik dan langka, karena Tahun Baru Caka tahun ini juga bertepatan dengan terjadinya fenomena alam Bulan Mati dan Gerhana Matahari.
Tahun Baru Caka dirayakan dengan menjalankan Catur Brata Penyepian (4 Puasa Pengendalian Diri) : Amati Agni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan kegiatan/aktivitas bekerja), Amati Lelanguan (tidak melakukan kegiatan bersenang-senang), Amati Lelungaan (tidak berpergian), yang bertujuan untuk pengendalian diri dan juga melakukan perenungan-perenungan suci selama 24 jam.





Ogoh-ogoh pada Hari Pengerupukan untuk mengusir Raksasa Butha Kala (1 hari sebelum hari Raya Nyepi / Tahun Baru Caka)


Ada legenda rakyat unik mengenai Gerhana Matahari ini…
Tersebutlah ada seorang raksasa bernama Kala Rahu ingin dapat meminum Air Tirtha Amertha, yang membuat yang meminumnya dapat hidup abadi. Untuk mendapatkan Air Tirtha Amertha tersebut, Raksasa Kala Rahu mengubah dirinya dengan menyamar menjadi seorang Bhatara. Kala Rahu yang menyamar menjadi seorang Bhatara tersebut berhasil mendekati Air Tirtha Amertha, dan meneguk Air Tirtha Amerta tersebut. Namun sebelum Air Tirtha Amertha yang diteguknya tertelan melewati tenggorokannya, Bhatara Chandra yang menguasai Bulan dan Bhatara Surya yang menguasai Matahari mengetahui penyamaran Raksasa Kala Rahu tersebut. Bhatara Chandra dan Bhatara Surya segera melaporkan penyamaran Raksasa Kala Rahu kepada Bhatara Wisnu, sehingga Bhatara Wisnu menggunakan senjata Cakra untuk mencegah perbuatan Raksasa Kala Rahu meminum Air Tirtha Amertha dengan memenggal kepalanya. Sayangnya, Raksasa Kala Rahu memang sudah sempat meminum Air Tirtha Amertha tersebut walaupun belum sempat sampai menelannya hingga masuk ke tenggorokannya. Itulah sebabnya Bhatara Wisnu hanya mampu membunuh mati tubuh bagian bawah kepala Kala Rahu, tapi kepala Kala Rahu tetap hidup. Untuk membalas dendam atas perbuatan ketiga Bhatara tersebut, Raksasa Kala Rahu memakan Bulan dan Matahari. Tapi malangnya, Raksasa Kala Rahu hanya mampu memakan Matahari dan Bulan dalam waktu yang sekejap saja karena Matahari dan Bulan yang dimakan Raksasa Kala Rahu tersebut telah keluar lagi melalui lubang lehernya yang terpenggal.
Itulah legenda rakyat dari fenomena alam Gerhana Matahari Total. ^_^

  

Proses Legenda Bulan yang hanya sekejap mampu dimakan oleh Raksasa Kala Rahu, akhirnya Bulan keluar kembali melalui lubang lehernya yang dipenggal (Gerhana Bulan)



Proses Legenda Matahari yang hanya sekejap mampu dimakan oleh Raksasa Kala Rahu, akhirnya Matahari keluar kembali melalui lubang lehernya yang dipenggal (Gerhana Matahari)
 

Raksasa Kala Rahu yang terpenggal kepalanya membalas dendam kepada Bhatara Surya dengan menelan Matahari



Hmmmmmm…… 

Hari Raya Nyepi……
Siang yang sunyi sepi, dan malam yang gelap pekat menyelimuti bumi di Tahun Baru Caka tahun ini seakan terasa lebih nyata karena diiringi fenomena alam Bulan Mati dan Gerhana Matahari…
Hening……
Bumi ini hening bening……
Gelap……
Bumi ini sunyi senyap……
Sungguh sangat indah untuk melakukan perenungan......




Hmmmmmm……

Dari sejak saya kecil hingga sekitar 8 tahun yang lalu, saya begitu mengagumi, mencintai, dan membanggakan Pulau Bali ini……
Sampai akhirnya, segelitir oknum Orang-orang Bali yang pernah saya tuliskan sebelumnya di Blog Ayu Sulastrini for International Architecture, telah menodai rasa kagum, rasa cinta, dan rasa bangga saya memiliki Tanah Bali dan menjadi Orang Bali.
Saya merasa dikhianati oleh segelintir oknum Orang-orang Bali yang sudah mengalami degradasi moral itu. 
‘Degradasi moral diartikan sebagai penurunan moral atau moral dangkal’
Oknum orang-orang Bali yang ‘menjual Orang Bali’, adalah gejala paling awal yang terlihat jika disekelompok Orang-orang Bali sudah mulai menunjukan penurunan / degradasi moral.  Saya menggambarkan perbuatan oknum Orang-orang Bali yang menjual Orang Bali adalah seperti Pedangang Sambal Bali,  yang  dengan mudahnya mendapat banyak keuntungan menjual sambal Bali yang banyak diminati itu; yang dicincang terlebih dahulu, dibumbui pedas-pedas, digoreng panas-panas, dan seenaknya dibagi-bagi.
Tidak salah rasanya jika saya mengatakan bahwa saya adalah salah satu ‘Orang Bali’ pertama yang merasakan moral Orang-orang Bali mulai mengalami penurunan / degradasi moral dimana telah menjadi lebih individualis, komersialis, dan semakin materialistis.

Hmmmmmm……

Tetapi rasa tanggungjawab moral yang tinggi kepada leluhur saya yang juga bersuku Bali dan memiliki darah bangsawan Bali, membuat saya tetap merasa harus menulis Blog mengenai Reklamasi Teluk Benoa dimana merupakan isi inti penulisan blog saya kali ini, yang bertujuan untuk menjaga keajegan, kesejahteraan, dan keselamatan Pulau Bali seterusnya.
Bagi saya, ‘pesan dan petunjuk secara niskala yang saya terima dari Para Bhatara dan Para Leluhur harus tetap saya sampaikan kepada masyrakat Bali secara luas, baik yang bersuku Bali maupun yang bersuku non-Bali, walaupun taruhannya saya selalu dilawan dan dibenci oleh oknum Orang-orang Bali yang sudah mengalami degradasi moral itu.


Hmmmmmm……

Karena saya juga adalah mengimani ajaran Kristiani, gambar di bawah ini adalah salah satu Kejadian dalam kitab Suci perjanjian Baru yang saya teladani sejak saya kecil, dimana merupakan momen yang sangat tepat untuk saya kutip di blog saya ini, karena menurut saya adalah Kejadian Kitab Suci yang sangat popular terutama di kalangan umat non Kristiani……


Ada yang tahu??????
Saya jamin ada yang sangat familiar dengan gambar Yesus ini......
Gambar yang sangat terkenal bukan??????

 

Yesus bersama Para Pemilik Surga


Salah satu firman yang saya teladani : 
'Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.' (Yesus Kristus Tuhan)


 
Hmmmmmm…… 
Hmmmmmm…… 
Hmmmmmm……
Hmmmmmm…… 

Hmmmmmm…… 
Hmmmmmm…… 
Hmmmmmm……
 
Reklamasi Teluk Benoa……
700 hektar are….
Riuh…… Gaduh…… Rakyat berteriak….
Rakyat terus berteriak….
tapi hanya bisa berteriak kepada angin….
Tak ada yang mendengar….
700 hektar are….
Rakyat terus berteriak,
berteriak menyerukan ketakutan….
Tapi hanya angin yang mendengar….
Tak ada yang mendengar….

 Hmmmmmm……



Saya memang bukan seorang Sulinggih…… Karena itulah saya tidak menjabarkan ‘petunjuk niskala’ yang saya terima dalam bentuk kata-kata larangan tegas; seperti Bali akan tenggelam, Bali akan terkena tsunami, Bali akan hancur, dsb, seperti yang disampaikan dengan lebih berani dan sangat tegas oleh para Sulinggih-Sulinggih yang saya sangat hormati.
Apa yang saya sampaikan mengenai ‘petunjuk niskala’ yang berhubungan dengan rencana Reklamasi Teluk Benoa yang saya terima, lebih saya arahkan kebentuk pendekatan yang saya jabarkan secara ilmiah tapi tanpa meninggalkan unsur-unsur niskala, dan tidak menyimpang dari inti pesan Sang Hyang Suci.


700 hektar are….
Angka luasan areal reklamasi laut wilayah Pulau Bali ini yang membuat saya menerima ‘getaran petunjuk niskala
‘Petunjuk niskala’ yang saya terima tersebut tidak secara spesifik menyatakan larangan, tapi lebih menyiratkan arahan Sang Maha Suci untuk berhati-hati dan lebih memastikan bagi seluruh lapisan masyarakat yang terlibat nantinya untuk mewujudkan Reklamasi Teluk Benoa :
‘sanggupkah memastikan, dalam melakukan reklamasi pantai di Teluk Benoa seluas 700 hektar are, nantinya arah arus gelombang laut yang terjadi nantinya tidak berubah arah hingga menggempur dan menggerus kearah pantai-pantai di daerah Sanur dan akhirnya perubahan gelombang pantai akibat reklamasi teluk tersebut semakin masuk membanjiri, menggenangi, menenggelamkan tanah-tanah di areal Sanur????'
Mengapa Sanur???
Saya menerima ‘petunjuk niskala’ tersebut menyiratkan bahwa Sanur adalah tanah sakral penting di Bali ini yang harus tetap dijaga kesuciannya. 

Sanggupkah ada yang mampu memastikan Reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar are nantinya tidak berdampak mengakibatkan tenggelam dan hilangnya tanah-tanah sakral di Daerah Sanur??????
Adakah yang mampu mencegah perubahan arah gelombang Reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar are agar tidak menggempur pantai-pantai dan tanah-tanah di Daerah Sanur??????

Seperti itu……


Hmmmmmm……



Teluk Benoa sebelum direklamasi


Rencana Teluk Benoa setelah direklamasi




Dilema….
Adalah situasi yang tepat untuk saya….
Karena saya seorang Arsitek… Tidak munafik… Membangun adalah tugas seorang Arsitek……
Arsitek identik hanya bisa hidup dan mendapat penghidupan di wilayah perkotaan yang besar dan modern… Profesi yang akan mati suri apabila tidak ada pembangunan….
Dan Reklamasi Teluk Benoa adalah lahan yang subur untuk profesi Arsitek……
Itulah makanya saya menulis secara mendalam topik Reklamasi Teluk Benoa….
Reklamasi Teluk Benoa adalah buah simalakama untuk orang bersuku Bali….
Sebuah pengkhianatan jika saya terlibat pembangunan di wilayah proyek Reklamasi Teluk Benoa sebagai orang keturunan Suku Bali, namun sebuah penyangkalan apabila saya tidak terlibat pembangunan sebagai seorang Arsitek….

………….
“KUTUKAN”
………….

Bagi siapapun yang terlibat pada proyek pembangunan Reklamasi Teluk Benoa!!!!




Seperti yang akan saya jabarkan selanjutnya adalah bagan-bagan penggambaran konsep yang sudah direncanakan oleh pihak investor, yang disinyalir kabarnya telah membayar sejumlah 1 Triliun Rupiah kepada pemerintah daerah dan pejabat terkait untuk dapat melegalisasikan kontrak perealisasian Reklamasi Teluk Benoa ini….
 

‘Aturan dibuat untuk dilanggar, itulah sifat manusia’
Ketakutan saya adalah semakin banyak jumlah rakyat yang melarang, semakin nekat para investor mewujudkan keinginan mereka melakukan Reklamasi di Teluk Benoa….
Teriakan penolakan sebagian besar masyarakat Bali hanyalah dianggap salah satu tantangan kerja yang memang harus siap dihadapi dan ditundukan oleh para investor….
 
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……



Rencana Revitalisasi Teluk Benoa



Visualisai Revitalisasi Teluk Benoa



Rencana Reklamasi Teluk Benoa



salah satu fasilitas yang direncanakan pada pembangunan Reklamasi Teluk Benoa



Sebagai gambaran bagaimana proses pembuatan sebuah Reklamasi Pulau, saya mengambil contoh Reklamasi Pulau yang sudah terealisasi dan sukses dilaksanakan oleh Negara Dubai yaitu yang dikenal dengan Palm Island. Reklamasi Palm Island bukannya tidak mendapat sorotan dan pertentangan dari kelompok pecinta lingkungan hidup dunia karena dinilai dalam setiap proses Reklamasi Pulau pasti akan merusak habitat alami penghuni laut ditempat tersebut.


Aktivitas Kapal Keruk Pasir dalam proses pembuatan Palm Island di Dubai



Reklamasi Palm Island, Dubai



Apakah blog yang saya tulis ini menentang para investor????
Sesungguhnya investor / penanam modal sifatnya memang berbisnis untuk mencari keuntungan yang nantinya akan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Menurut saya investor adalah orang-orang yang memiliki profesi yang sangat mulia. Melalui tangan-tangan dingin para investor, peradaban perekonomian dunia melaju pesat.
Saya malah sangat mengapresiasi para investor yang menaruh minat yang sangat besar untuk dapat mewujudkan Reklamasi Teluk Benoa…
Bukankah artinya Pulau Bali ini sangat bernilai tinggi harganya di mata dunia???

Hmmmmmm……




Pertanyaan saya……
Mungkin juga sebagai jalan tengah…. ..

Hmmmmmm……

Apa mungkin para Investor yang disinyalir sudah melakukan legalisasi kontrak  untuk mereklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar are tersebut lahan reklamasinya ditukarkan di atas hasil tanah reklamasi yang juga sama-sama memiliki luas lahan reklamasi sejumlah 700 hektar are di tanah Serangan???
Kenapa tidak? Apa perbedaannya?

Apalagi jarak Teluk Benoa dengan letak Pulau Serangan tidaklah terlalu jauh, dengan kondisi panorama pantai yang juga tidak jauh berbeda. Bukankah sungguh suatu kesia-siaan jika hasil Reklamasi Pantai Serangan, pada kenyataannya seperti yang terjadi saat sekarang ini masih terbelengkalai menjadi lahan tidak produktif???? 

Kalau sudah ada Reklamasi Pantai Serangan seluas 700 hektar are, mengapa harus terjadi Reklamasi Teluk Benoa lagi????



Pulau Serangan yang pantainya sudah direklamasi seluas 700 hektar are


Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……




………….
“KUTUKAN”
………….

Mungkin saya tidak terlibat pembangunan awal setelah Teluk Benoa direklamasi, mungkin semua Arsitek, Konstruktur, Kontraktor, Elektro, Mekanis, Interior, dan Pengembang bersuku Bali tidak terlibat pembangunan awal areal Reklamasi Teluk Benoa….
Tapi mungkinkah beberapa tahun atau beberapa puluh tahun kedepan setelah Teluk Benoa selesai direklamasi dan dibangun, lalu para Arsitek, Konstruktur, Kontraktor, Elektro, Mekanis, dan Interior bersuku Bali tidak terlibat setidaknya proyek-proyek renovasi???? Mungkinkah????










Percayakah anda, wajah seperti ini rupa wajah yang tak suka uang?

wajah yang suka uang sukla





macan @-}--








Tidak ada komentar:

Posting Komentar