Tahun Baru Caka yang dirayakan sebagai Hari Raya Suci Nyepi di hari ini
pada tanggal 9 Maret 2016, sangat unik, sangat indah, dan langka. Unik dan langka, karena Tahun Baru Caka tahun ini juga bertepatan dengan terjadinya
fenomena alam Bulan Mati dan Gerhana Matahari.
Tahun Baru Caka dirayakan dengan menjalankan Catur Brata Penyepian (4
Puasa Pengendalian Diri) : Amati Agni (tidak menyalakan api), Amati Karya
(tidak melakukan kegiatan/aktivitas bekerja), Amati Lelanguan (tidak melakukan
kegiatan bersenang-senang), Amati Lelungaan (tidak berpergian), yang bertujuan
untuk pengendalian diri dan juga melakukan perenungan-perenungan suci selama 24
jam.
Ogoh-ogoh pada Hari
Pengerupukan untuk mengusir Raksasa Butha Kala (1 hari sebelum hari Raya Nyepi /
Tahun Baru Caka)
|
Ada legenda rakyat unik mengenai Gerhana Matahari ini…
Tersebutlah ada seorang raksasa bernama Kala Rahu ingin dapat meminum
Air Tirtha Amertha, yang membuat yang meminumnya dapat hidup abadi. Untuk
mendapatkan Air Tirtha Amertha tersebut, Raksasa Kala Rahu mengubah dirinya dengan
menyamar menjadi seorang Bhatara. Kala Rahu yang menyamar menjadi seorang
Bhatara tersebut berhasil mendekati Air Tirtha Amertha, dan meneguk Air Tirtha
Amerta tersebut. Namun sebelum Air Tirtha Amertha yang diteguknya tertelan
melewati tenggorokannya, Bhatara Chandra yang menguasai Bulan dan Bhatara Surya
yang menguasai Matahari mengetahui penyamaran Raksasa Kala Rahu tersebut. Bhatara
Chandra dan Bhatara Surya segera melaporkan penyamaran Raksasa Kala Rahu kepada
Bhatara Wisnu, sehingga Bhatara Wisnu menggunakan senjata Cakra untuk mencegah
perbuatan Raksasa Kala Rahu meminum Air Tirtha Amertha dengan memenggal
kepalanya. Sayangnya, Raksasa Kala Rahu memang sudah sempat meminum Air Tirtha
Amertha tersebut walaupun belum sempat sampai menelannya hingga masuk ke
tenggorokannya. Itulah sebabnya Bhatara Wisnu hanya mampu membunuh mati tubuh
bagian bawah kepala Kala Rahu, tapi kepala Kala Rahu tetap hidup. Untuk
membalas dendam atas perbuatan ketiga Bhatara tersebut, Raksasa Kala Rahu
memakan Bulan dan Matahari. Tapi malangnya, Raksasa Kala Rahu hanya mampu
memakan Matahari dan Bulan dalam waktu yang sekejap saja karena Matahari dan
Bulan yang dimakan Raksasa Kala Rahu tersebut telah keluar lagi melalui lubang
lehernya yang terpenggal.
Itulah legenda rakyat dari fenomena alam Gerhana Matahari Total. ^_^
Proses Legenda Bulan
yang hanya sekejap mampu dimakan oleh Raksasa Kala Rahu, akhirnya Bulan keluar kembali
melalui lubang lehernya yang dipenggal (Gerhana Bulan)
|
Proses Legenda Matahari
yang hanya sekejap mampu dimakan oleh Raksasa Kala Rahu, akhirnya Matahari keluar kembali
melalui lubang lehernya yang dipenggal (Gerhana Matahari)
|
Raksasa Kala Rahu yang
terpenggal kepalanya membalas dendam kepada Bhatara Surya dengan menelan Matahari
|
Hmmmmmm……
Hari Raya Nyepi……
Siang yang sunyi sepi, dan malam yang gelap pekat menyelimuti bumi di
Tahun Baru Caka tahun ini seakan terasa lebih nyata karena diiringi fenomena alam
Bulan Mati dan Gerhana Matahari…
Hening……
Bumi ini hening bening……
Gelap……
Bumi ini sunyi senyap……
Sungguh sangat indah untuk melakukan perenungan......
Hmmmmmm……
Dari sejak saya kecil hingga sekitar 8 tahun yang lalu, saya begitu
mengagumi, mencintai, dan membanggakan Pulau Bali ini……
Sampai akhirnya, segelitir oknum Orang-orang
Bali yang pernah saya tuliskan sebelumnya di Blog Ayu Sulastrini for International Architecture, telah menodai rasa kagum, rasa cinta, dan rasa bangga saya memiliki Tanah Bali dan menjadi
Orang Bali.
Saya merasa dikhianati oleh segelintir oknum Orang-orang Bali yang sudah mengalami degradasi
moral itu.
‘Degradasi moral diartikan sebagai penurunan
moral atau moral dangkal’
Oknum orang-orang Bali yang ‘menjual
Orang Bali’, adalah gejala paling awal yang
terlihat jika disekelompok Orang-orang Bali sudah mulai menunjukan penurunan /
degradasi moral. Saya menggambarkan
perbuatan oknum Orang-orang Bali yang menjual Orang Bali adalah seperti Pedangang Sambal Bali, yang
dengan mudahnya mendapat banyak keuntungan menjual sambal Bali yang banyak diminati itu;
yang dicincang terlebih dahulu, dibumbui pedas-pedas, digoreng panas-panas, dan
seenaknya dibagi-bagi.
Tidak salah rasanya jika saya mengatakan
bahwa saya adalah salah satu ‘Orang Bali’ pertama yang merasakan
moral Orang-orang Bali mulai mengalami penurunan / degradasi
moral dimana telah menjadi lebih individualis, komersialis, dan semakin
materialistis.
Hmmmmmm……
Tetapi rasa tanggungjawab moral yang
tinggi kepada leluhur saya yang juga bersuku Bali dan memiliki darah bangsawan
Bali, membuat saya tetap merasa harus menulis Blog mengenai Reklamasi Teluk Benoa dimana merupakan isi inti penulisan blog saya kali ini, yang
bertujuan untuk menjaga keajegan, kesejahteraan, dan keselamatan Pulau Bali seterusnya.
Bagi saya, ‘pesan dan petunjuk secara niskala’ yang saya terima dari Para
Bhatara dan Para Leluhur harus tetap saya sampaikan kepada masyrakat Bali
secara luas, baik yang bersuku Bali maupun yang bersuku non-Bali, walaupun
taruhannya saya selalu dilawan dan dibenci oleh oknum Orang-orang Bali yang
sudah mengalami degradasi moral itu.
Hmmmmmm……
Karena saya juga adalah mengimani ajaran Kristiani, gambar di bawah ini
adalah salah satu Kejadian dalam kitab Suci perjanjian Baru yang saya teladani
sejak saya kecil, dimana merupakan momen yang sangat tepat untuk saya kutip di
blog saya ini, karena menurut saya adalah Kejadian Kitab Suci yang sangat popular terutama
di kalangan umat non Kristiani……
Ada yang tahu??????
Saya jamin ada yang sangat familiar dengan gambar Yesus
ini......
Gambar yang sangat terkenal bukan??????
Salah satu firman yang saya teladani :
'Jangan
kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang
kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai
untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.' (Yesus Kristus Tuhan)
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Reklamasi Teluk Benoa……
700 hektar are….
Riuh…… Gaduh…… Rakyat berteriak….
Rakyat terus berteriak….
tapi hanya bisa berteriak kepada angin….
Tak ada yang mendengar….
700 hektar are….
Rakyat terus berteriak,
berteriak menyerukan ketakutan….
Tapi hanya angin yang mendengar….
Tak ada yang mendengar….
Hmmmmmm……
Saya memang bukan seorang Sulinggih…… Karena itulah saya tidak
menjabarkan ‘petunjuk niskala’ yang saya terima dalam bentuk kata-kata
larangan tegas; seperti Bali akan tenggelam, Bali
akan terkena tsunami, Bali akan hancur, dsb, seperti yang disampaikan dengan
lebih berani dan sangat tegas oleh para Sulinggih-Sulinggih yang saya sangat
hormati.
Apa yang saya sampaikan mengenai ‘petunjuk niskala’ yang
berhubungan dengan rencana Reklamasi Teluk Benoa yang saya terima, lebih saya
arahkan kebentuk pendekatan yang saya jabarkan secara ilmiah tapi tanpa
meninggalkan unsur-unsur niskala, dan tidak menyimpang dari inti pesan
Sang Hyang Suci.
700 hektar are….
Angka luasan areal reklamasi laut wilayah Pulau Bali ini yang membuat
saya menerima ‘getaran petunjuk niskala’
‘Petunjuk niskala’ yang saya
terima tersebut tidak secara spesifik menyatakan larangan, tapi lebih menyiratkan
arahan Sang Maha Suci untuk berhati-hati dan lebih memastikan bagi seluruh lapisan masyarakat yang terlibat
nantinya untuk mewujudkan Reklamasi Teluk Benoa :
‘sanggupkah memastikan, dalam melakukan reklamasi pantai di Teluk Benoa seluas 700 hektar are, nantinya
arah arus gelombang laut yang terjadi nantinya tidak berubah arah hingga menggempur dan menggerus kearah pantai-pantai di daerah Sanur dan akhirnya perubahan gelombang pantai
akibat reklamasi teluk tersebut semakin masuk membanjiri, menggenangi, menenggelamkan tanah-tanah di
areal Sanur????'
Mengapa Sanur???
Saya menerima ‘petunjuk niskala’
tersebut menyiratkan bahwa Sanur adalah tanah
sakral penting di Bali ini yang harus tetap dijaga
kesuciannya.
Sanggupkah
ada yang mampu memastikan Reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar are nantinya tidak
berdampak mengakibatkan tenggelam dan hilangnya tanah-tanah sakral di Daerah
Sanur??????
Adakah
yang mampu mencegah perubahan arah gelombang Reklamasi Teluk Benoa seluas 700
hektar are agar tidak menggempur pantai-pantai dan tanah-tanah di Daerah Sanur??????
Seperti itu……
Hmmmmmm……
Teluk Benoa sebelum
direklamasi
|
Rencana Teluk
Benoa setelah direklamasi
|
Dilema….
Adalah situasi yang tepat untuk saya….
Karena saya seorang Arsitek… Tidak munafik… Membangun adalah tugas seorang Arsitek……
Arsitek identik hanya bisa hidup dan mendapat penghidupan di wilayah perkotaan
yang besar dan modern… Profesi yang akan mati suri apabila tidak ada
pembangunan….
Dan Reklamasi Teluk Benoa adalah lahan
yang subur untuk profesi Arsitek……
Itulah makanya saya menulis secara
mendalam topik Reklamasi Teluk Benoa….
Reklamasi Teluk Benoa adalah buah simalakama untuk orang bersuku Bali….
Sebuah pengkhianatan jika saya terlibat pembangunan di wilayah proyek
Reklamasi Teluk Benoa sebagai orang keturunan Suku Bali, namun sebuah
penyangkalan apabila saya tidak terlibat pembangunan sebagai seorang Arsitek….
………….
“KUTUKAN”
………….
Bagi
siapapun yang terlibat pada proyek pembangunan Reklamasi Teluk Benoa!!!!
Seperti yang akan saya jabarkan selanjutnya adalah bagan-bagan
penggambaran konsep yang sudah direncanakan oleh pihak investor, yang
disinyalir kabarnya telah membayar sejumlah 1 Triliun Rupiah kepada pemerintah daerah dan pejabat terkait untuk dapat
melegalisasikan kontrak perealisasian Reklamasi Teluk Benoa ini….
‘Aturan dibuat untuk dilanggar,
itulah sifat manusia’
Ketakutan saya adalah semakin banyak jumlah rakyat yang melarang,
semakin nekat para investor mewujudkan keinginan mereka melakukan Reklamasi di
Teluk Benoa….
Teriakan penolakan sebagian besar
masyarakat Bali hanyalah dianggap salah satu tantangan kerja yang memang harus siap dihadapi dan ditundukan oleh para investor….
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Rencana
Revitalisasi Teluk Benoa
|
Visualisai
Revitalisasi Teluk Benoa
|
Rencana Reklamasi Teluk Benoa |
salah
satu fasilitas yang direncanakan pada pembangunan Reklamasi Teluk Benoa
|
Sebagai gambaran bagaimana proses pembuatan sebuah Reklamasi Pulau,
saya mengambil contoh Reklamasi Pulau yang sudah terealisasi dan sukses dilaksanakan oleh Negara Dubai
yaitu yang dikenal dengan Palm Island. Reklamasi Palm Island bukannya
tidak mendapat sorotan dan pertentangan dari kelompok pecinta lingkungan hidup dunia karena
dinilai dalam setiap proses Reklamasi Pulau pasti akan merusak habitat alami
penghuni laut ditempat tersebut.
Aktivitas
Kapal Keruk Pasir dalam proses pembuatan Palm Island di Dubai
|
Reklamasi
Palm Island, Dubai
|
Apakah blog yang saya tulis ini menentang para investor????
Sesungguhnya investor
/ penanam modal sifatnya memang berbisnis untuk mencari keuntungan yang
nantinya akan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Menurut saya investor adalah orang-orang yang
memiliki profesi yang sangat mulia. Melalui tangan-tangan dingin para investor, peradaban perekonomian dunia
melaju pesat.
Saya malah
sangat mengapresiasi para investor
yang menaruh minat yang sangat besar untuk dapat mewujudkan Reklamasi Teluk
Benoa…
Bukankah artinya Pulau Bali ini sangat bernilai tinggi harganya di
mata dunia???
Hmmmmmm……
Pertanyaan saya……
Mungkin
juga sebagai jalan tengah…. ..
Hmmmmmm……
Apa mungkin para Investor yang disinyalir sudah melakukan legalisasi
kontrak untuk mereklamasi Teluk Benoa
seluas 700 hektar are tersebut lahan reklamasinya ditukarkan di atas hasil
tanah reklamasi yang juga sama-sama memiliki luas lahan reklamasi sejumlah 700
hektar are di tanah Serangan???
Kenapa
tidak? Apa perbedaannya?
Apalagi jarak Teluk Benoa dengan letak Pulau Serangan tidaklah terlalu
jauh, dengan kondisi panorama pantai yang juga tidak jauh berbeda. Bukankah sungguh
suatu kesia-siaan jika hasil Reklamasi Pantai Serangan, pada kenyataannya seperti
yang terjadi saat sekarang ini masih terbelengkalai menjadi lahan tidak
produktif????
Kalau sudah ada Reklamasi Pantai Serangan
seluas 700 hektar are, mengapa harus terjadi Reklamasi Teluk Benoa lagi????
Pulau
Serangan yang pantainya sudah direklamasi seluas 700 hektar are
|
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
Hmmmmmm……
………….
“KUTUKAN”
………….
Mungkin
saya tidak terlibat pembangunan awal setelah Teluk Benoa direklamasi, mungkin
semua Arsitek, Konstruktur, Kontraktor, Elektro, Mekanis, Interior, dan Pengembang
bersuku Bali tidak terlibat pembangunan awal areal Reklamasi Teluk Benoa….
Tapi mungkinkah beberapa tahun atau beberapa puluh
tahun kedepan setelah Teluk Benoa selesai direklamasi dan dibangun, lalu para
Arsitek, Konstruktur, Kontraktor, Elektro, Mekanis, dan Interior bersuku Bali tidak terlibat setidaknya proyek-proyek renovasi???? Mungkinkah????
macan @-}--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar