Atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa yang tidak pernah ada habisnya kepada
saya……
Saya Ayu Sulastrini sejatinya memang
ditugaskan MENEGAKKAN KITAB SUCI
BHAGAVADGITA di jaman modern ini, untuk memberikan jalan terang yang lebih
jelas dari apa arti Tuhan sebagai Sang
Maha Pencipta dan arti Tuhan sebagai
Sang Maha Kuasa kepada seluruh umat manusia dan para penyembah-Nya tanpa
terkecuali. Sebagaimana pengertian Bhagavadgita
itu sendiri adalah Nyanyian Suci Tuhan,
dimana kedudukan Kitab Suci Bhagavadgita adalah sebagai Kitab Suci yang paling
purba yang menurunkan ajaran-ajaran dan perintah-perintah suci Tuhan Yang Maha
Esa kepada umat manusia……
Saya Ayu Sulastrini sejatinya memang
ditugaskan MENEGAKKAN KITAB SUCI
BHAGAVADGITA kepada seluruh umat Hindu, supaya di jaman modern ini Umat
Hindu tidak semakin dibingungkan oleh berbagai warna adat dan budaya yang ada,
tetapi tanpa kehilangan arah dalam warna-warni adat dan budayanya, sejatinya Umat
Hindu dapat lebih mendekatkan diri kembali
kepada ajaran Kitab Suci Veda dan Kitab Suci Bhagavadgita sebagai falsafah
utama menjalankan Karma dan Dharma sebagai Umat Hindu ……
Hmmmmmm……
Bersamaan dengan Hari Kamis Putih dan kelahiran saya pada tanggal 24
Maret tahun 2016 ini, saya ingin mengucapkan “♪♫Selamat Ulang Tahun♪♫” kepada diri saya sendiri untuk yang ke-37
kalinya… ^_^
Maka tepat di hari ulang tahun saya
yang ke-37 ini, saya haturkan kepada Jagat Raya Alam
Semesta sebuah Karya Agung yaitu versi ketiga dari Blog
Sakral : Tuhan Yang Maha Esa, Bhagavad Gita,
Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern……
Awalnya niat murni
saya untuk mampu mencari pembuktian secara ilmiah keberadaan tokoh-tokoh suci
pewayangan bahwa pernah hidup di dunia nyata ini hanya sebatas pada keberadaan kehidupan
pada jaman Shri Krishna, Pandawa, dan Kurawa saja, yang memang telah saya
tuangkan pada Blog versi pertama : Tuhan Yang Maha
Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, Alam
Semesta - Jagat Raya, dan Ilmu Pengetahuan Modern.
Tapi selanjutnya
saya ternyata terus mendapat
anugerah ‘petunjuk-petunjuk suci’ dari Sang Maha Sutradara Agung, untuk terus dapat
melanjutkan pembuktian-pembuktian mengenai keberadaan tokoh-tokoh suci pewayangan
lainnya.
Bahkan akibat dari
pemaparan blog saya tentang penemuan-penemuan ilmiah untuk membuktikan keberadan
tokoh-tokoh suci pewayangan pernah hidup di dunia nyata ribuan hingga jutaan
tahun silam tersebut, langsung mengguncang dunia karena mampu memberi
PENGARUH JAGAT RAYA…… @-}--
Bagaimana tidak? Sebagaimana
penemuan-penemuan secara ilmiah keberadan tokoh-tokoh suci pewayangan telah dapat
dibuktikan pernah hidup di dunia nyata ini, akhirnya fenomena tersebut membawa sebuah
bentuk ilmu pengetahuan baru, karena telah mampu menjabarkan tabir perwujudan Kamahakuasaan
Sang Maha Pencipta tidaklah terbatas pada Karya Penciptaan-Nya di Jaman Kali
Yuga / Jaman Jahiliah / Jaman keturunan Adam dan Hawa……
Seperti yang dipaparkan
di beberapa penulisan Blog-blog
Ayu Sulastrini For Nature and God mengenai keberadaan nyata tokoh-tokoh
suci pewayangan, secara langsung maupun tidak langsung telah menciptakan teori
ilmu pengetahuan baru yang tidak terbantahkan bahwa Tuhan Sang Maha Pencipta Agung telah berkarya
mencipta di banyak pengakhiran jaman, akan mewarnai ilmu pengetahuan modern masa kini……
AMIN AMIN AMIN.
………..
Sebelum meneruskan penulisan
lebih mendalam lagi, sebagai langkah awal dasar penulisan blog versi ketiga
ini, saya ambil langkah awal yang sama seperti pada blog versi pertama
dan versi kedua Tuhan Yang Maha Esa,
Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern, yaitu tetap memaparkan
kembali inti pokok dari penulisan ketiga versi blog sakral ini:
ulang▼ulang
Disebutkan dalam Bhagavad Gita, perhitungan waktu
manusia, waktu 1 hari Dewa Brahma = 1000 jaman manusia atau yang disebut Yuga. Alam semesta diwujudkan dalam
siklus-siklus Kalpa, dimana 1 Kalpa = waktu 1 hari Dewa Brahma = 1000 siklus Yuga / 1000 jaman manusia. Dimana dalam
kurun masa waktu penciptaan-Nya di bumi, Tuhan Yang Maha Esa menggunakan Siklus
Yuga, yang dibagi menjadi:
1.
Satya Yuga berlangsung selama 1.728.000 tahun
waktu manusia ; jaman ini memiliki ciri :
memiliki sifat-sifat yang sangat saleh, unsur kebijaksanaan dan agama
sangat kuat, tidak adanya dosa dan kebodohan sama sekali.
Satya Yuga, dalam pembahasan ilmu pengetahuan modern:
Diperkirakan monyet
besar sebagai mamalia pertama yang ada di dunia terdapat pada 35 juta tahun
yang lalu, selanjutnya berevolusi menjadi monyet besar yang sudah menyerupai
manusia diperkirakan telah ada pada 10 juta tahun yang lalu.
Sedangkan keberadaan
manusia diperkirakan telah diciptakan di bumi sekitar 1.700.000 - 4.400.000
tahun yang lalu. Hampir mendekati dengan penjumlahan seluruh siklus-siklus Yuga = usia Satya Yuga = berjumlah 4.320.000
tahun. Contoh penemuan dari ilmu pengetahuan modern yang bersesuaian:
a.
Fosil Meganthropus
Paleojavanicus yang usianya diperkirakan antara 1.000.000 – 2.000.000 juta
tahun yang lalu berasal dari Sangiran,
b.
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis yang
usianya diperkirakan 1.900.000 juta tahun yang lalu berasal dari Mojokerto,
c.
Fosil Kenyanthropus
Platyops yang usianya diperkirakan antara 3.500.000 juta tahun yang lalu
berasal dari Kenya,
d.
Fosil Ardipithecus Ramidus yang usianya diperkirakan antara 4.400.000 juta
tahun yang lalu yang juga berasal dari Ethiopia.
Kemudian dilanjutkan oleh jaman…
2. Tetra Yuga berlangsung selama 1.296.000 tahun waktu manusia; jaman ini memiliki
ciri : sudah mulai melakukan kegiatan berdosa. Ini adalah jaman kehidupan dari
Shri Rama yang turun ke bumi sebagai perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa secara
langsung, untuk mengalahkan kekuatan gelap Sang Mahluk Jahat Sakti Nan Abadi –
Prabu Rahwana . Dimana jaman ini ditutup dengan ditangkapnya Prabu Rahwana
karena yang telah dijepit hidup-hidup oleh dua buah gunung kembar, yang
akhirnya membuat Prabu Rahwana tak mampu berkutik lagi melaksanakan kejahatan
dan nafsu serakahnya : untuk menguasai bumi dan tidak bisa mati selama-lamanya.
Namun dalam kondisi demikianpun Prabu Rahwana hingga sekarang tetap
mengeluarkan pengaruh gelapnya untuk membuat manusia melakukan perbuatan berdosa.
Dengan demikian dilanjutkan oleh jaman…
3.
Dvapara Yuga berlangsung selama 864.000 tahun waktu manusia; jaman ini
memiliki ciri : sifat-sifat saleh dan kegiatan keagamaan semakin merosot,
sedangkan dosa semakin meningkat. Ini adalah jaman kehidupan keluarga Bharata /
Pandawa dan Kaurawa berlangsung. Dimana jaman ini ditutup dengan selesainya
perang suci Bharatayuda yang
dimenangkan oleh Para Pandawa, kemudian mangkatnya Para Pandawa ke surga di
atas Gunung Himalaya.
Terakhir dilanjutkan
oleh jaman…
4.
Kali Yuga akan berlangsung selama 432.000
tahun waktu manusia, dan telah berlangsung selama kurun waktu 5000 tahun
yang lalu. Dimana diperkirakan 5000 - 6000 tahun yang lalu Adam dan Hawa juga
berada di bumi; jaman ini memiliki ciri : kebodohan, kekacauan, hal-hal yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan kegiatan penuh dosa melimpah,
sedangkan sifat-sifat saleh yang sejati hampir tidak ada…. (senyum)
Dijaman ini adalah juga jaman kehidupan dari banyak pemimpin suci
agama-agama lainnya seperti:
a.
Sang Maha Suci Buddha berlangsung (563SM - 483SM),
b.
Putra Allah Bapa yang terkasih Tuhan
Yesus Kristus berlangsung (4SM),
c.
Nabi Muhammad SAW (571M - 633M).
ulang▲ulang
………..
Saya lanjutkan……
Blog versi ketiga Tuhan Yang Maha
Esa, Bhagavad Gita, Pewayangan, dan Ilmu Pengetahuan Modern ini, sepenuhnya
atas berkat ‘petunjuk-petunjuk suci’ Sang Maha Pencipta, saya bukan hanya mampu
menunjukkan 1 Jaman Peradaban Manusia
sebelum Jaman Kali Yuga saja, yaitu Jaman Dvapara Yuga (Jaman Shri
Krishna, Pandawa, dan Kurawa) yang telah berumur ribuan tahun silam.
Tapi saya telah mendapat anugerah kembali
menemukan Rahasia Purba untuk
menunjukkan bahkan di 2 Jaman Purba
Peradaban Manusia lainnya yang nyaris musnah karena sirna terkubur ditelan
bumi / lautan, jaman itu adalah Jaman Tetra Yuga yang telah berusia
jutaan tahun silam. Dimana Jaman Tetra Yuga adalah jaman di masa kisah kehidupan
Prabu Ramachandra, Dewi Sinta, Pangeran Lakhsmana, raja kera Putih Hanoman, dan
sang penguasa kelaliman Raja Raksasa Rahwana......
Untuk menguatkan bukti keberadaan tokoh-tokoh suci pewayangan pada jaman
masa kehidupan Shri Rama, saya telah diarahkan oleh Sang Maha Sutradara Agung melalui
‘petunjuk suci’ suatu penemuan yang masih bisa ditemukan di jaman modern ini
adalah yang bernama JEMBATAN RAMA / ADAM’S BRIDGE atau dalam bahasa
Indianya dikenal dengan nama RAM SETU.
Hmmmmmm……
Apa itu RAM SETU???
Ram Setu adalah merupakan situs peninggalan
jaman purbakala kuno berupa sebuah jembatan penghubung antara Negara India dan
Negara Sri Langka, yang telah berusia 1.700.000 tahun. Sebuah Jembatan
Purbakala yang dipercaya merupakan jembatan yang dibuat oleh pasukan monyet
atas perintah Prabu Ramachandra / Shri Rama kepada raja lkera putih sakti Prabu
Hanoman, dimana pembangunan Rama Setu ini dimaksudkan sebagai jalan
penghubung dalam penyerbuan secara besar-besaran melawan Raja Kebatilan - Angkara
Muka dari Kerajaan Alengka yang tak lain dan tak bukan adalah Prabu Rahwana.
Letak
Ram Setu berada di antara Negara India dan Negara Sri Lanka
|
Peperangan 2 kerajaan adikuasa di Jaman Tetra Yuga antara Kerajaan
Prabu Ramachandra sebagai lambang kebajikan dan sebagai personifikasi sendiri dari
Tuhan Yang Maha Esa melawan Kerajaan Alengka milik Raja Raksasa Rahwana sebagai
lambang kebatilan, telah dipicu oleh kelaliman dan keserakahan Raja Raksasa
Rahwana yang ingin menjadi penguasa dunia sepanjang jaman dan tidak pernah mati.
Penyebab lainnya Prabu Ramachandra menyerang Kerajaan Alengka karena ulah Raja
Raksasa Rahwana itu telah berani menculik Dewi Sinta permaisuri Prabu Ramachandra.
“‘Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan Dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan Dhrama merajalela, pada waktu itulah Aku Sendiri menjelma
(Shri Krishna), wahai Putra Keluarga Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan
orang saleh, membinasakan orang jahat, dan untuk menegakkan kembali
prinsip-prinsip Dharma. Aku sendiri menjelma pada setiap jaman (Yuga)”
Burung
Garuda Sakti yang bernama Jatayu bertarung nyawa untuk melindungi Dewi Sinta
dari penculik licik Raja Raksasa Rahwana
|
Tersebutlah seorang putri raja yang kelak menjadi Ibu sang Raksasa
Rahwana bernama Dewi Kaikesi, ia adalah puteri dari seorang Raja Detya bernama Prabu Sumali. Prabu Sumali
memperoleh anugerah dari Bhatara Brahma sehingga ia mampu menaklukkan para raja
dunia pada saat itu. Suatu hari, Prabu Sumali berpesan kepada sang putri, Dewi Kekasi
agar ia menikah dengan orang yang istimewa di dunia. Prabu Sumali kemudia menyebutkan
beberapa nama orang sebagai calon suami
terbaik yang dimaksudkannya, dan diantaranya adalah seorang Rsi bernama
Wisrawa yang akhirnya menjadi pilihan calon suami sang putri. Rsi Wisrawa
memperingati Dewi Kekasi yang akhirnya menjadi istrinya, bahwa bercinta di
waktu yang tak tepat akan membuat anak mereka menjadi jahat, namun Dewi Kekasi melanggarnya,
meskipun diperingatkan demikian oleh sang suami. Akhirnya, terlahirlah seorang
putra yang memiliki kepribadian setengah brahmana dan setengah raksasa. Saat
lahir, awalnya Raksasa Rahwana diberi nama "Dasanana" atau
"Dasagriwa" karena ia memiliki sepuluh kepala.
Sebelum menjadi seorang Raja yang digjaya di muka bumi, Raksasa Rahwana melakukan sebuah tapa brata. Raksasa Rahwana melakuan tapa brata dengan posisi bersidekap dan berdiri dengan sebelah kaki, sehingga tapa Raksasa Rahwana yang sangat khusuk tersebut menyebabkan cuaca dalam Nirvana / Svargaloka tempat bersemayamnya para Bhatara-Bhatari menjadi kacau balau, panas terik, hujan petir bertalu-talu, angin badai sangatlah menggelisahkan kehidupan para Bhatara – Bhatari. Sehingga Bhatara Çiva – pemimpin para Bhatara-Bhatari, memutuskan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan cuaca di Svargaloka menjadi terguncang hebat. Maka turunlah Bhatara Çiva ke muka bumi, dan segera menemukan penyebab cuaca di Svargaloka menjadi buruk. Dilihatnyalah seorang Raksasa yang begitu khusuk bertapa berdiri dengan sebelah kakinya.
Raksasa Rahwana melaksanakan tapa bhrata dengan sebelah kaki dengan khusuk selama bertahun-tahun sehingga mengguncang svargaloka |
Akhirnya Bhatara Çiva bertanya kepada si Raksasa tersebut apa tujuannya melaksanakan tapa brata yang tingkatannya sangat sulit dan khusuk seperti itu dan memerintahkan Raksasa Rahwana untuk segera menghentikan tapa bratanya . Raksasa Rahwana mau menghentikan tapa bratanya dengan syarat Sang Bhatara Maha Sakti bersedia mengabulkan keinginannya menjadi seorang Raja yang menguasai seluruh bumi dan juga tidak bisa mati selama-lamanya. Mengingat para Bhatara-Bhatari dan cuaca di Svargaloka yang terus menerus terkacaubalaukan oleh kekhusuksan tapa brata Raksasa Rahwana, maka dengan berat hati Bhatara Çiva mengabulkan keinginan Raksasa Rahwana tersebut supaya cuaca buruk di Svargaloka bisa tenang kembali. Dengan segera Bhatara Çiva mengabulkan permintaan Raksasa Rahwana menjadi seorang Raja penguasa bumi dan menganugerahkan kesaktian kepada Raksasa Rahwana menjadi mahluk abadi.
Bhatara Çiva sendiri sadar sepenuhnya
telah memberikan keputusan yang dikemudian hari menjadi bencana besar bagi
peradaban seluruh umat manusia, sebuah keputusan yang menentang hukum alam dan
hukum Sang Maha Pencipta sendiri; bahwa setiap yang bernyawa akan mati
Benar saja, setelah Raksasa Rahwana menjadi Raja penguasa seluruh bumi,
Raksasa Rahwana menjelma menjadi seorang Raja yang sangat lalim, licik, semena-mena,
dan penuh hawa nafsu keserakahan. Sehingga Tuhan Yang Maha Esa sendiri menjelma
turun ke muka bumi dalam personafikasinya menjadi seorang Raja penuh kebajikan
dan kasih yang bernama Prabu Ramachandra, dimana tugas-Nya di muka bumi untuk
meluluhlantakan kekuatan jahat Raja Raksasa Rahwana yang mengganggu umat
manusia.
Di
bawah pengawasan Prabu Ramachandra dan Pangeran Lakhsmana, sang raja kera putih
sakti - Prabu Hanoman memimpin pasukan keranya dalam membangun Ram Setu
batu demi batu
|
Puing-puing
bebatuan dalam lautan / Underwater Coral Bridge : Ram Setu yang
telah berusia 1.700.000 tahun yang diambil dari foto satelit
|
Karena anugerah kesaktian yang tidak bisa mati yang pernah diterimanya
dari Bhatara Çiva dalam tapa bratanya dahulu, Raksasa Rahwana merupakan musuh
tangguh yang tidak bisa dikalahkan apalagi dibunuh. Akhirnya Prabu Ramachandra
mengutus raja kera putih sakti Raja Hanoman untuk membawakan 2 buah gunung
kembar yang bernama Sonara dan Sonari untuk menghimpit dan mengurung tubuh abadi Raksasa Rahwana.
Raja Kera Putih Hanoman terbang membawa 2 Gunung Kembar penjelmaan kepala Pangeran Sonara dan Pangeran Sonari |
Raksasa Rahwana berhasil dikalahkan dengan menghimpit tubuh abadinya
diantara 2 buah gunung kembar tersebut. Ironisnya 2 buah gunung kembar Sonara dan Sonari yang ternyata adalah jelmaan dari kepala dua ksatria kembar anak kandung dari Raksasa
Rahwana itu sendiri.
Lalu apakah yang sebenarnya telah terjadi pada Sonara dan Sonari anak
kembar dari Raksasa Rahwana tersebut????
Raja Raksasa Rahwana juga terkenal akan petualangannya menaklukkan para
wanita. Raja Raksasa Rahwana memiliki banyak istri, yang paling terkenal adalah
yang bernama Mandodari.
Disebutkan didalam Istana Alengkadirga dipenuhi oleh para wanita cantik yang
berasal dari berbagai penjuru dunia. Dalam lingkungan Kerajaan Alengkadirga,
semua wanita merasa beruntung apabila Rahwana menikahinya.
Kebiasaan Raja Raksasa Rahwana yang berpetualang menaklukan para wanita
itu, membuat nafsu dan keserakahan dalam diri Raksasa Rahwana semakin menggila.
Sehingga disuatu saat Raksasa Rahwana menginginkan istri Prabu Ramachandra yaitu
Dewi Sinta menjadi istrinya juga.
Mengetahui niat sang raksasa
jahat serakah itu terhadap dirinya, Dewi Sinta tentunya
tidak mau dan tidak sudi didekati, apalagi menjadi istri Raksasa Rahwana; jika
saja ‘Prabu Ramachandra dan Pangeran Lakhsmana
masih hidup’, sebuah syarat palsu yang sengaja diajukan Dewi Sinta, dimana
niat Dewi Sinta sebenarnya hanya berkeinginan menggiring Raksasa Rahwana agar
secara ksatria
berani berhadapan langsung dengan suaminya Prabu Ramachandra.
Demi mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Sinta tersebut agar Prabu Ramachandra dan Pangeran Lakhsmana tidak
hidup lagi’, dengan cepat Raksasa Rahwana berpikir licik dan kejam telah mendapat sebuah gagasan
gila yang sekiranya dapat dimanfaatkannya untuk mendustai Dewi Sinta untuk
memenuhi hasrat bejatnya. Dan untuk mewujudkan rencana licik dan kejamnya itu,
Raksasa Rahwana langsung teringat kepada anak kembarnya, sehingga kemudian Raksasa
Rahwana mengundang kedua anak kembarnya yang tampan Sonara dan Sonari tersebut untuk
sebuah jamuan makan bersamanya.
Saat putra kembarnya Sonara dan Sonari tersebut, yaitu dari istrinya Dewi
Mandodari datang berkunjung untuk memenuhi undangan sang ayah, selanjutnya Raksasa
Rahwana menjamu Sonara dan Sonari dengan makanan-makanan mewah dan enak-enak
yang sudah dibumbui racun, yang tentu saja kedua anak kembarnya itu memakan
hidangan yang ‘dipersembahkan’ ayahandanya tersebut dengan lahap dan bahagia karena
mengira merasa mendapat curahan perhatian dan kasih sayang dari sang ayah. Setelah
acara jamuan makan itu selesai, Sonara dan Sonari akhirnya tertidur lemas disebabkan
oleh racun yang ada pada makanan tersebut. Dan dengan hati yang dingin dan
kejam Raksasa Rahwana segera memenggal kepala kedua putra kembarnya sendiri
yang sudah lemas itu, meletakkan penggalan kepala kedua teruna tampan itu di sebuah
baki berlapis sutera merah, dan mengirimkannya ke taman Asoka agar dilihat Dewi
Sinta sebagai kepala Prabu Ramachandra dan kepala Pangeran Lakhsmana yang sudah
‘sanggup dibunuhnya’.
Tak lama kemudian, tersiarlah kematian kedua anak kembarnya yang sangat
dikasihi ke telinga sang ibunda, Dewi Mandodari ditangan suaminya sendiri.
Meskipun Raja Raksasa Rahwana adalah suaminya, tapi Dewi Mandodari benar-benar tidak
rela anak kembarnya mati dengan cara yang sangat mengenaskan ditangan
ayahandanya sendiri seperti itu. Dalam kesedihannya yang tak terkira sebagai
ibu, Dewi Mandodari memanjatkan doa kepada para Bhatara di Khayangan, ‘Biarlah
kedua anakku Sonara dan Sonari kelak menjadi sumber kematian abadi ayahandanya Prabu Rahwana, yang tak mungkin
terjadi karena telah memiliki ajian kesaktian Rawa Rontek-nya!’, kutukan itu
keluar dari wajah cantik penuh duka istri Sang Raja Raksasa.
Kemudian setelah memanjatkan kutukannya kepada sang suami, Dewi Mandodari
meminta bantuan kepada Indrajit, salah seorang anak tirinya dari suaminya si Raksasa
Rahwana lain istri, Dewi Mandodari meminta kepada Indrajit agar kedua kepala
Sonara dan Sonari dimakamkan di sebelah timur Gunung Gohkarna. Indrajit
mematuhi permintaan ibu tirinya tersebut.
Kemudian sebuah keajaiban terjadi,
setelah tanah kuburan selesai dirapikan oleh Indrajit, tiba-tiba tanah makam
itu terus-menerus membesar, kemudian menjulang menjadi dua buah bukit kembar,
dan lama kelamaan kedua bukit itupun berdiri tegak tumbuh sebagai dua buah
gunung yang saling berdampingan membawa hawa miris di sekitarnya.
Prabu
Ramachandra saat berperang menghadapi Raja Raksasa Rahwana yang tidak bisa mati
|
Tapi lagi-lagi akibat anugerah kesaktiannya, Raksasa Rahwana tetap tidak bisa dimatikan. Sehingga saat tubuhnya yang tidak bisa mati dikurung diantara 2 buah gunung kembar, malahan menimbulkan kemarahan Raksasa Rahwana semakin memuncak dan semakin menumbuhkan rasa dendam yang membara kepada Prabu Ramachandra. Untuk membalaskan dendamnya kepada Prabu Ramachandra, Raksasa Rahwana mengeluarkan gelembung-gelembung pembalasan yang berisikan berbagai macam ajaran-ajaran kejahatan yang dihembuskan kepada seluruh rakyat Prabu Ramachandra dan juga dihembuskan seluas-luasnya kepada seluruh umat manusia di muka bumi.
Pengaruh
kebatilan Raja Raksasa Rahwana yang ditiupkan melalui gelembung-gelembung kejahatan
yang ditujukan kepada seluruh umat manusia di bumi untuk tetap mudah terpengaruh
berbuat kejahatan.
|
Foto-foto
Udara Situs Purbakala Ram Setu berusia 1.700.000 tahun
|
Hmmmmmm......
Hmmmmmm......
Hmmmmmm......
Bagaimana Karib-karibku di seluruh penjuru dunia?????? Belum Puas??????
Hmmmmmm......
Hmmmmmm......
Hmmmmmm.....
Saya tambahkan dengan penemuan 'nyata' fosil-fosil manusia raksasa di Asia Selatan ini!!!
Penemuan fosil raksasa setinggi 13 meter di India pada tahun 1930, yang disinyalir sebagai tulang-belulang manusia raksasa pada jaman Tetra Yuga dan jaman Dvapara Yuga |
Penemuan fosil raksasa setelah terjadi gempa bumi di Nepal, yang disinyalir sebagai tulang-belulang manusia raksasa pada jaman Tetra Yuga dan jaman Dvapara Yuga |
Skema Manusia Raksasa |
Belum Puas?????? INI!!!!!!
Penemuan sebuah Gada di India, yang disinyalir milik Raja Kera Putih Hanoman di jaman Tetra Yuga |
^_^
Terimakasih Leluhur Tanjung
Terimakasih Tuhan Yang Maha Esa
Terimakasih Jagat Raya
Hmmmmmm……
♪♫Selamat
Ulang Tahun ke-37♪♫
|
Masih
terlihat seperti berumur 17 tahun_sweet seventeen ^_^
|
Ayu Sulastrini 1 dari 3 keajaiban dunia
#AS6810
@-}--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar